Chapter 31. Tegang

25.1K 1.3K 37
                                    

Saat ini di kontrakan, Sarah sedang menyetrika pakaian yang sudah ia angkat dari jemuran. Karena sedang hari libur, Sarah menyempatkan diri menyelesaikan pekerjaan rumah yang bisa ia selesaikan.

Sesudah menyetrika pakaiannya, kini Sarah akan menyetrika pakaian Alvero.

Walaupun laki-laki itu mengatakan untuk tidak perlu menyetrika pakaiannya dan cukup seragam saja, tapi Sarah merasa tidak enak. Terlebih lagi Alvero sudah membiayai hidupnya setelah ayah Sarah tak lagi mengirim uang untuknya. 

Sarah mengambil baju hangat berwarna abu-abu milik Alvero dan mulai menyetrikanya. Ia sesaat sadar ini adalah baju pemberian Frida untuk Alvero.

Kini Sarah jadi teringat apa yang sudah terjadi tadi pagi. Setelah kesalahpahaman antara dirinya dan Alvero dan permasalahan kue ulang tahun.

Flashback dimulai.

Ciuman masih berlangsung. Sarah masih berbaring di kasur, dan Alvero berada di atasnya.

Tangan Sarah mencengkram bahu Alvero. Kedua matanya ia pejamkan. Ia tak kuasa untuk tidak menikmati sentuhan lembut bibir Alvero di bibirnya. Hisapan dan lumatannya membuat tubuh Sarah bergetar.

Di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Sarah merasa ada yang salah. Ia merasa ada yang salah dengan semua ini. Ia tidak seharusnya menyukainya, ia tidak seharusnya menikmatinya. Namun tetap saja tubuhnya berkata sebaliknya.

Ketika tangan Alvero meyentuh kulitnya, sensasi luar biasa ia rasakan. Ketika lidah Alvero menyentuh lidahnya, Sarah seperti berharap laki-laki itu tidak berhenti melakukannya.

Semua ini seperti berada di luar kendalinya. Namun mengingat bagaimana marahnya Alvero ketika berpikir bahwa Sarah tidak memberikan perhatian padanya,  Sarah jadi lemah. Ia lemah dan berharap laki-laki itu tidak melepaskannya.

Namun karena keduanya tetap butuh bernafas, Alvero terpaksa melepas ciuman itu agar mereka bisa menghirup udara dengan bebas.

Alvero menatap Sarah. Ia melihat gadis dengan mata berwarna hazel itu yang sedang terengah-engah.

Alvero mengamuk karena mengira Sarah tidak memberikan perhatian padanya, namun gadis ini justru memahaminya lebih dari orang lain.

Bagaimana mungkin? Mereka saja belum lama kenal.

Apa karena keduanya yang sering mengobrol sebelum tidur hingga Sarah dapat mengerti apa yang Alvero inginkan dan yang tidak ia inginkan? batinnya.

"Nanti sore nenek mau ngerayain ulangtahunku di rumah, dia nyuruh aku ngajak temen-temen deket," ucap Alvero.

"Mau ikut?"

Sarah tersenyum, ia hendak menjawab iya, namun seketika ia mengingat Frida. Frida pasti akan berada disana.

Semenjak tumbuhnya perasaan aneh di dalam dirinya pada Alvero, semenjak rasa tidak ingin dilepaskan ketika berciuman dengan Alvero muncul di dalam dirinya, Sarah tidak siap bertemu Frida.

Melihat wajah Frida hanya akan membuat Sarah merasa buruk. Ia merasa dirinya kejam karena sudah menyukai sesuatu yang berharga bagi Frida.

"A-aku disini aja," ucap Sarah akhirnya.

"Gakmau ikut?" tanya Alvero.

Sarah menggigit bibirnya. "Ka Vero harus habisin waktu sama temen-temen, dan juga, aku mau beresin rumah, berantakan," ucapnya.

Alvero sedikit kecewa, namun akhirnya ia mengangguk.

"Yaudah," ucapnya.

Sarah tersenyum kecil. Ia refleks menyentuh pipi Alvero dengan tangannya.

Alvero the AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang