Chapter 4. My Biggest Enemy (18+)

48.7K 1.8K 69
                                    

⚠️ trigger warning! mengandung unsur kekerasan dan sexual harrasment, mohon kebijakan pembaca dalam menanggapinya.

***

Pagi hari di kelas, suasana begitu ramai. Ketua kelas baru saja mengabari bahwa guru yang seharusnya mengajar mereka, tidak bisa hadir.

Para murid seharusnya mengerjakan tugas, namun mereka malah menghabiskan waktu dengan bermain dan bercanda.

Saat ini, Marco dan Ezra duduk di lantai bersama beberapa murid lainnya. Mereka sedang bermain kartu untuk menghilangkan penat.

"Ahh sh*t gua kalah lagi!" ucap Marco kesal.

Ezra tersenyum. Ia lagi-lagi berhasil memenangkan permainan.

"Ko lu jago banget dah Za?" tanya salah satu murid yang ikut bermain.

"Iyalah, Ezra kan mantan penjudi," jawab Marco.

"Hahaha parah banget lu Ko!"

"Lah, kaga bercanda gua," ucap Marco.

"Ayo mulai lagi," sahut Ezra mengalihkan. Akhirnya salah satu dari mereka kembali mengumpulkan kartu dan mengocoknya.

Sembari menunggu, Marco melihat ke arah Alvero yang saat ini hanya duduk terdiam di bangkunya.

"Za, dia belum cerita apa-apa tentang semalem?"

Ezra menggeleng, sudah tahu siapa yang dimaksud Marco.

"Nanti kali," ucapnya.

Marco menelan ludahnya. "Ada apa ya kira-kira?" gumamnya menerka-nerka.

Tiba-tiba Marco melihat Alvero yang berdiri dari kursinya.

"Vero, mau mana?" tanya Marco memanggil.

"Belakang," jawab Alvero sambil memasukkan sesuatu ke kantung celananya.

Marco dan Ezra hanya diam memperhatikan laki-lki itu pergi. Sudah tahu ia akan kemana.

***

Alvero berjalan menuju belakang perpustakaan. Ada pekarangan kecil yang jarang didatangi orang disana.

Alvero duduk di bangku panjang. Iapun mulai menyalakan rokoknya, menghisap dan membuang asapnya, kemudian kembali merenung.

Kenapa semua jadi terasa membingungkan?

Padahal Alvero pikir, ketika menemukan gadis itu, ia akan mendapat jalan yang cerah dan berujung pada selelsainya permasalahan ini.

Tapi yang ia dapatkan hanyalah mumet.

Beberapa menit setelah rokok di tangannya habis setengah, Alvero mendengar langkah seseorang.

Apa ada guru yang memergokinya? batinnya.

Tiba-tiba seorang perempuan muncul dari balik bangunan perpus. Ia berjalan mendekati Alvero.

"Frida?" gumam Alvero.

Alvero langsung mematikan rokok di tangannya.

"Aku udah duga kamu pasti kesini," ucap Frida sambil berjalan mendekat.

"Ngapain kamu? emang gak ada guru juga di kelasmu?" tanya Alvero.

"Gak ada, kan emang guru lagi pada rapat," jawab Frida kemudian duduk di samping Alvero.

"Jangan dekat-dekat, aku habis ngerokok."

Frida tersenyum, namun kemudian senyumannya pudar. Ia kembali mengingat seseorang.

Alvero the AlphaWhere stories live. Discover now