Chapter 19

16.2K 1.4K 28
                                    

Di depan villa, Ezra berjalan masuk ke dalam. Setelah berjalan cukup jauh, iapun sampai disini untuk memberikan ponsel Frida yang tak sengaja terbawa oleh Sarah.

Ezra mengetuk pintu kamar khusus perempuan. Tak lama, Frida membukanya.

"Ezra?" ucap Frida tersentak. "Kok balik?"

"Hp kamu kebawa Sarah." Ezra berucap sambil memberikan ponsel Frida pada pemiliknya.

Frida mengernyit. Ia melihat ponsel di tangan Ezra. "Itu bukan hpku, itu hp Sarah," ucap Frida.

"Hah?" Ezra tersentak, sementara Frida mengangguk. "Ini hpku," ucap Frida menunjukkan ponselnya yang sedari tadi ia pegang.

Ezra mengernyit bingung. "Apa-apaan..?"

Cklek! bruk!

Seketika, Ezra berbalik. Frida yang mendengar suara itu juga langsung melihat ke arah sana.

Ezra berlari ke arah pintu depan. Ia langsung berusaha membuka pintu tersebut.

"Ezra?? kenapa??" tanya Frida yang ikut panik.

Ezra menelan ludahnya sambil melihat pintu tersebut. "Pintu nya kekunci dari depan," jawab Ezra.

"Hah??" Frida membelalak, ia begitu tersentak, sementara Ezra mulai berpikir keras. Ia harus tenang agar bisa berpikir dengan jernih.

Ezrapun segera berjalan mendekati Frida. "Frida, apa kamu pernah bilang sesuatu ke Sarah??" tanyanya.

Frida yang masih tersentak mengerjap bingung. Ia berusaha mengingat. "Sesuatu.. apa ya..?" ucap Frida panik.

"Apa kamu pernah cerita tentang aku dan Alvero?" tanya Ezra. "Apa kamu pernah bilang kalau aku dan Alvero harus dipisah kalau lagi ada penyerangan?"

Frida membulatkan kedua matanya. Ia mengangguk pelan.

Hal tersebut membuat Ezra kini mengerti. "Sh*t!" umpatnya, kemudian berlari kembali ke pintu depan. Ezra harus segera mendobrak pintu ini sebelum terlambat.

***

Bugh!!

Brak!

Di lokasi kejadian, Alvero sudah mulai menunjukkan kemampuannya. Delapan orang lawan telah ia jatuhkan dalam waktu singkat. Kini sisanya masih menunggu giliran.

Alvero menyadari seorang laki-laki yang kini mendekat dikala dirinya belum selesai dengan lawan yang sedang ia hajar.

Alveropun bergerak dengan cepat dan meraih dua kaki lawannya, kemudian menganyunkan tubuh lawan tersebut pada laki-laki yang mendekat.

Brak!

Keduanya langsung terpental, sementara Alvero mengatur nafasnya yang terengah-engah. Ia tidak kelelahan. Ia hanya kesal.

Orang-orang ini bukanlah lawan yang sepadan dengannya. Apa Alinka dan kawanannya meremehkan kemampuan Alvero dengan membawa pasukan yang hanya berisi orang-orang awam?

Alvero mencekik leher seorang lawan yang hendak menyerangnya dari samping. Ia bahkan tidak menatap lawan tersebut dan hanya mencekiknya.

Bruk!

Kemudian Alvero melempar tubuhnya sebelum ia kehabisan nafas.

Alvero kini menatap ke arah Alinka. Perempuan itu masih berdiri di kejauhan, memperhatikan anggotanya jatuh satu-persatu.

"Lo ini bukan ketua yang baik, harusnya lo maju duluan sebelum anak-anak lo gua abisin," ucap Alvero tersenyum.

Tiba-tiba Alvero mendengar suara langkah dari belakangnya.

Alvero the AlphaWhere stories live. Discover now