Chapter 40. One Year Later

16.2K 1.3K 40
                                    

Saat ini, di depan sebuah gedung kampus ternama yang terletak di tengah kota Jakarta, seorang laki-laki berjalan dengan tenang.

Banyak tatapan yang ia terima dari mereka yang ia lewati, sebagian besar adalah mahasiswa baru di kampus ini. Tak tertarik, laki-laki itu hanya berjalan tanpa mempedulikan.

Sesungguhnya, sulit sekali merasa semangat untuk menjalani aktivitasnya sehari-hari. Dunia rasanya hampa. Jalanan lurus namun tak ada tujuan jelas.

Langit hari ini begitu terang, tapi entah kenapa tak berpengaruh sedikitpun pada suasana hatinya.

"Alvero!"

Alvero menengok. Ia sudah sampai di gedung kampusnya dan melihat seorang gadis yang berjalan mendekatinya.

"Tumben dateng cepet?" Frida bertanya. Gadis itu memegang buku kuliah yang begitu tebal di tangannya. Ia juga mengenakan pakaian rapih namun kasual seperti biasa ia berangkat ke kampus.

Alvero tersenyum. "Tadi bingung mau ngapain, jadi berangkat pagi aja," jawabnya.

Frida yang mendengar itu kini terdiam. Hari ini adalah hari pertama mereka masuk kuliah sebagai mahasiswa semester tiga.

Selama satu tahun terakhir, dimulai dari kelulusan SMA hingga menjalani kehidupan sebagai mahasiswa, ada banyak hal yang berubah.

Tapi diantara semua itu, perubahan yang paling terlihat adalah laki-laki di depan Frida. Ia dapat melihat tatapan Alvero. Tak ada semangat disana. Hanya ada kegelisahan.

Frida kini mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah kotak makan. Ia memberikannya pada Alvero.

"Untuk sarapan," ucap Frida.

Alvero terdiam sesaat. Ia melihat kotak itu kemudian menatap Frida.

"Kamu?"

"Aku udah sarapan tadi," jawab Frida tersenyum.

Akhirnya Alvero menerima kotak tersebut dari tangan Frida. "Makasih," ucapnya yang diangguki oleh Frida.

"Ayo ke kelas," ucap Frida.

"Woy."

Baru saja Alvero dan Frida hendak menaiki lift menuju kelas mereka, keduanya mendengar suara yang memanggil.

Frida menengok. "Loh? kalian belum ke kelas?" tanya Frida.

Ezra dan Marco berjalan menghampiri. Mereka berdua memang tidak berada di jurusan yang sama dengan Alvero dan Frida.

"Gak ada dosen, ke kantin yuk?" ajak Marco.

"Tapi kan kita ada dosen," ucap Frida.

"Mana? udah dateng?" tanya Marco.

"Belum sih.." jawab Frida.

"Yaudah ayo ke kantin, liat nih muka temen kita, gak ada semangat idup."

Marco berucap kemudian merangkul Alvero. Ia berjalan bersama Alvero keluar dari gedung jurusan Ekonomi dan Bisnis.

Sementara Frida masih terdiam di tempatnya. Ia menghela nafasnya melihat ke arah mereka berdua.

"Kenapa?" tanya Ezra yang masih berada di dekatnya.

"Gakpapa, aku cuma sedih aja, Alvero masih belum semangat ngapa-ngapain, dia masih sering diem  setiap hari, keliatan gelisah terus," tutur Frida sambil menatap ke arah Alvero.

Kini Ezra ikut menatap ke arah sana. Ia mengangguk-angguk.

"Diliat dari kondisi yang dia alamin, wajar banget kalo Alvero berubah, dia mungkin kuat secara fisik, tapi siapa yang gak hancur kalo kehilangan orang-orang berharga di hidupnya?" ucap Ezra.

Alvero the AlphaWhere stories live. Discover now