Chapter 18

17.8K 1.5K 55
                                    

Malam hari di villa. Saat ini, Sarah sedang berada di dapur, ia sudah mulai berkutat dengan bahan-bahan masakannya.

Marco juga berada di dapur, membantu Sarah memasak walaupun hanya memotong-motong daging.

Sementara ketiga lainnya duduk dengan tenang di meja makan. Sarah meminta mereka untuk menunggu saja dan menyerahkan semua padanya.

"Maaf ya Sarah, aku gak bisa bantuin," ucap Frida yang belum bisa banyak berjalan karena kakinya yang terluka.

"Gakpapa kak," jawab Sarah tersenyum.

Tak berapa lama, masakan Sarah akhirnya jadi. Sarah menyiapkan semuanya di atas meja.

"Waahh.." Frida terkesima. Ia melihat beberapa jenis lauk dan sayur yang sudah Sarah buat.

"Dari baunya aja udah mantep banget," ucap Marco yang kini bergabung dan duduk di kursi.

Ezra mengangguk-angguk mengakuinya, sementara Alvero hanya terdiam.

Kini mereka semua sudah duduk di kursi masing-masing. Satu persatu mulai bergerak dan mengambil nasi.

Ezra menyendokkan daging teriyaki ke atas piring Frida yang duduk di sampingnya.

"Makasih," ucap Frida senang.

Sementara Alvero kini melihat ke arah Ezra. Apa ini perasaannya saja, atau Ezra terlihat jauh lebih perhatian pada Frida akhir-akhir ini?

"Enak!" Marco berucap membuat semua orang menatapnya. Ia sudah mencicipi semua lauk yang dibuat Sarah.

"Oh ya? coba ahh," ucap Frida yang tak sabar. Iapun mencicipinya.

"Wah iya enak!" ucap Frida berbinar.

Sarah tak kuasa. Ia menggigit bibirnya menahan senyuman. Ia senang sekali melihat mereka menyukai masakannya.

"Enak kan Za??" tanya Marco.

Ezra mengangguk-angguk. "Enak," jawabnya.

Senyuman Sarah semakin lebar. Iapun mulai mencoba masakanya sendiri yang rasanya memang sesuai dengan apa yang mereka katakan. Untung saja berhasil, batinnya senang.

Kini mereka semua mulai makan sambil sesekali berbincang.

Sarah melirik ke arah Alvero. Laki-laki itu tidak mengatakan apapun.

Sesungguhnya Sarah juga tidak berharap dipuji oleh Alvero, atau lebih tepatnya, ia tahu laki-laki itu tidak akan memuji Sarah.

Semoga saja Alvero menyukainya meskipun tak mau mengakui, batin Sarah.

Seketika, Sarah terdiam. Ia seolah teringat dengan apa yang akan terjadi malam ini.

Sarah menelan ludahnya. Ia mengaduk makanannya dengan rasa khawatir. Andai saja rasa senang ini bisa bertahan lebih lama lagi.

***

Makan malam sudah selesai. Saat ini, Sarah masih berada di dapur, sendirian. Ia sedang mencuci piring.

Yang lain sudah menyebar. Frida kembali ke kamar karena kakinya yang masih sakit, dan para laki-laki berada di depan untuk merokok.

Tiba-tiba Sarah mendengar suara langkah memasuki dapur.

Sarah melirik, ia melihat Alvero yang sedang membuka kulkas untuk mengambil minum.

Sarahpun kembali fokus pada cucian piringnya.

Setelah beberapa saat, Sarah mengernyit karena Alvero tak kunjung pergi. Ia menengok dan tersentak karena ternyata laki-laki itu sudah berada di dekatnya.

Alvero the AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang