Chapter 33. Kecewa

20.3K 1.2K 56
                                    

Jumat sore di halte, Frida sedang duduk dengan tenang. Ia memainkan ponselnya sembari menunggu jemputannya tiba. Langit sudah terlihat begitu gelap, sepertinya hujan akan turun.

Frida baru saja pulang dari tempat lesnya. Rasanya lelah sekali seharian belajar di sekolah dan di tempat les.

Frida menghela nafasnya pelan. Sepertinya jemputannya terlambat datang.

Tiba-tiba terdengar suara motor yang mendekat. Motor itu berhenti tepat di depa halte.

"Ezra?" gumam Frida pelan, menatap laki-laki yang berada di depannya.

"Ayo."

Frida terdiam. Akhir-akhir ini, Ezra sering sekali datang ke tempat lesnya. Ia bahkan pernah datang ketika Frida sudah pulang.

"Jemputanku udah otw," ucap Frida.

Tiba-tiba, Frida mendengar suara beberapa orang laki-laki yang mendekatinya. Mereka adalah murid-murid sekolah lain yang suka menggoda Frida.

Frida menelan ludahnya. Ia menatap ke arah Ezra.

Akhirnya Fridapun berdiri. Ia berjalan dan naik ke motor Ezra. Mereka mulai bergegas menuju kediaman Frida.

***

"Kamu gak kapok nganter aku pulang??"

Di tengah perjalanan, Frida bertanya. Ia sudah melingkarkan tangannya di perut Ezra dan menatap ke depan lewat samping kepala Ezra.

"Kenapa kapok?" sahut Ezra.

Frida menelan ludahnya. Ia ingat terakhir kalo Ezra mengantarnya ke rumah, ibunya marah besar bahkan sampai membentak Ezra.

Ibu Frida sangat tidak menyukai Ezra. Alasannya adalah karena ia mengetahui masa lalu Ezra yang kelam.

Padahal, Frida sudah berkali-kali mengatakan bahwa Ezra bukan lagi seorang preman, tapi tetap saja sang ibu tak mau menerimanya.

Itulah kenapa Frida tidak suka diantar pulang oleh Ezra. Ia takut ibunya kembali marah dan membentak Ezra disana.

Tapi anehnya, Ezra seperti tidak merasakan apapun. Laki-laki itu bahkan tetap sering menawarkan tebengan pulang pada Frida. Kenapa?

"Kenapa? kamu gak takut dibentak-bentak lagi sama ibuku?" tanya Frida, mengeluarkan isi hatinya.

"Udah biasa," jawab Ezra.

Fria menghela nafasnya pelan. Ezra pasti sudah sering dibentak oleh orang lain, jadi ia sudah kebal pada hal seperti itu.

Tiba-tiba Ezra menghentikan motornya. Ia berhenti di pinggir jalan, tepatnya di depan sebuah sekolah dasar.

"Mau?" tanya Ezra menengok sedikit pada Frida di belakangnya.

Frida mengernyit. Mau? mau apa? batinnya.

Fridapun melihat ke arah sana. Ada jejeran tukang jajanan di depan SD tersebut. Frida mengerjap. Sejak kapan Ezra tahu Frida suka mampir di jajanan SD ini?? batinnya.

Frida akhirnya tersenyum. "Mau," jawabnya.

***

Alvero the AlphaWhere stories live. Discover now