Chapter 48. Warm Kisses

20.8K 1.5K 141
                                    

Langit di sore hari itu sudah semakin gelap. Jam dinding menunjukkan angka enam.

Pelukan hangat sedari tadi dirasakan kedua insan yang berbaring di atas kasur. Tubuh mereka saling menyentuh dan mengeratkan. Lelapnya tidur mereka rasakan, seolah sama-sama kelelahan.

Perlahan, Sarah membuka kedua matanya. Ia menyadari bahwa saat ini, ia tertidur di atas kasur yang empuk sambil memeluk laki-laki yang memberikannya kehangatan.

Sarah tak kuasa. Ia seharusnya bangun dan pergi dari tempat ini, ia tak seharusnya berada disini. Tapi kenapa rasanya seperti ada sesuatu yang menahannya? kenapa begitu berat untuk meninggalkan semuanya?

Kadang Sarah masih tak percaya bahwa saat itu, sekitar satu tahun yang lalu, Sarah berhasil melawan rasa berat itu untuk pergi jauh. Ia berhasil menyembunyikan kesulitan itu untuk meninggalkan laki-laki yang ia peluk saat ini.

Namun sekarang, ia malah berada lagi disini, berasama laki-laki yang tertidur di sampingnya. Sarah kembali lagi disini, setelah mengatakan bahwa masih ada perasaan di dalam hatinya.

Padahal seharusnya, ia berbohong saja. Padahal seharusnya, ia katakan saja perasaan itu sudah hilang.

Tapi entah kenapa, sulit. Pengakuan bahwa dirinya masih sayang, sudah begitu tertahan dan tak bisa lagi ia simpan di dalam dirinya.

Sarah masih sayang pada laki-laki ini. Perasaan itu tak pernah hilang. Ia bahkan tak menolak, ketika mereka bercumbu sejak sore tadi.

Flashback dimulai.

Alvero membawa tangan Sarah agar melingkar di lehernya, kemudian ia lingkarkan tangannya di pinggang gadisnya.

Ciuman itu semakin lama semakin dalam, menghentikan tangisan dan menyembuhkan luka yang begitu dalam.

Alvero hisap bibir Sarah dengan penuh keagresifan, kemudian ia gesek lidahnya di lidah hangat gadis yang membuat dunianya hancur berantakan.

Sarah hanya pasrah. Tak ada sedikitpun rasa ingin melawan, menghindar, ataupun menyudahi. Ia memejamkan matanya, merasakan hangatnya ciuman Alvero di mulutnya.

Alvero tiba-tiba meraih pinggang Sarah. Ia mengangkat gadis itu ke atas dan menghimpitnya di tembok.

Kini punggung Sarah sudah menempel di tembok. Kedua kakinya melingkar di pinggang Alvero. Ciuman mereka belum lepas. Alvero tak melepaskannya sedikitpun meskipun mereka mengubah posisi.

Sarah mulai kesulitan bernafas. Ia mendorong pelan wajah Alvero agar membiarkannya menghirup udara dengan bebas.

Keduanya saling menatap dari dekat. Keduanya sama-sama menarik nafas panjang-panjang.

Alvero menempelkan dahinya di dahi Sarah, seperti tak mau diri mereka terpisah.

"Ka Vero.." gumam Sarah, menyentuh wajah Alvero yang menatapnya.

Alvero mengecup bibir Sarah, kemudian dagu gadis itu. Wajahnya ia turunkan ke bawah. Ia tenggelamkan di leher Sarah.

Alvero menghirup aroma tubuh gadis yang begitu ia rindukan. Ia mengecupi kulit halus gadis yang sudah lama tak ia sentuh.

Kecupan Alvero perlahan turun. Rasanya, ia ingin mengecupi seluruh tubuh Sarah, membiarkan hidung dan bibirnya bersentuhan dengan setiap inci kulit Sarah.

Sarah hanya memejamkan matanya dan menggigit bibir. Ia mencengrkam rambut Alvero yang sedang memberikan kecupan agresif di gundukan dadanya.

Sarah merasakan getaran yang luar biasa, ketika bibir Alvero menyentuh kulitnya. Seperti perpaduan antara rasa nikmat, dan rindu yang bercampur jadi satu

Alvero the AlphaWhere stories live. Discover now