Chapter 43. Hidup yang Berantakan

13.9K 1.3K 119
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, saat ini Alvero sedang mengantar Missy pulang ke rumahnya.

Motor Alvero sampai. Missy turun dan berjalan menatapnya. Ia melihat wajah laki-laki itu yang terlihat lelah, sekaligus kecewa.

Bagaimana tidak? Alvero sudah mencari gadis bernama Sarah selama beberapa jam di mall tersebut, namun tak ada hasil.

Missy jadi merasa bersalah karena sudah membohongi Alvero. Ia hanya melakukan ini agar gadis bernama Frida itu tidak berharap lebih lagi pada Alvero.

"Makasih ya Vero, maaf lo gak berhasil nemuin Sarah," ucap Missy.

Alvero menggeleng. "Gak usah minta maaf, lo gak salah, gua malah makasih karena sekarang, gua jadi tau lokasi mana aja yang harus gua telusurin buat nyari Sarah."

Missy menelan ludahnya. Benar juga, kini Alvero mungkin akan lebih getol lagi mencari keberadaan Sarah, bukankah itu berbahaya?

"Yaudah kalo gitu, gua masuk ya," ucap Missy yang diangguki Alvero.

Setelah Missy masuk ke gerbang rumahnya, Alveropun melajukan motornya. Ia menyusuri jalanan dalam keheningan.

Kedua mata Alvero begitu lelah. Bukan hanya sekedar energinya yang terkuras untuk mencari gadis bernama Sarah, tapi juga perasaannya.

Alvero ingin bertemu Sarah. Ia ingin melihat wajah gadis yang selalu muncul dalam bayang-bayangnya.

Senyumannya, tangisannya, serta kedua mata hazelnya yang berbinar terang menatapnya. Alvero rindu sekali pada gadis itu. Apakah gadis itu juga merasakannya?

"Udah setahun lewat dan cewek itu gak balik-balik, bukannya itu artinya dia emang udah gakmau balik ke lo lagi? trus kenapa masih lo cariin?"

Alvero menelan ludahnya. Ia seharusnya paham bahwa Missy hanya berucap tanpa mengetahui apapun, tapi kenapa ia jadi kepikiran?

Setelah hampir sampai di rumah, Alvero merasakan gerimis yang mengguyurnya. Ia tidak berniat meneduh sebab dirinya sudah begitu lelah dan ingin istrirahat di rumah. Alvero ingin makan masakan neneknya, kemudian bersandar di pelukan neneknya. Ia ingin merasakan usapan tangan neneknya yang lembut di kepalanya.

Alvero kini turun dari motornya. Ia berjalan cepat ke teras rumahnya agar tidak semakin terkena hujan.

Sebelum masuk, Alvero mengambil ponselnya terlebih dahulu. Ia hendak meminta maaf pada Frida karena tidak jadi makan malam di rumah gadis itu.

Alvero mengernyit. Ia melihat tidak ada satupun pesan yang masuk ke ponselnya. Alvero memang tidak memeriksa ponselnya sedari tadi. Ia tenggelam dalam kepanikan mencari Sarah di mall yang ia kunjungi.

"Mode pesawat?" gumam Alvero, melihat layar ponselnya. Alvero tak ingat dirinya mengaktifkan mode pesawat, yang membuat tak ada pesan maupun panggilan yang bisa masuk ke ponselnya.

Sesaat setelah Alvero matikan mode pesawat itu, puluhan pesan langsung masuk ke ponsel Alvero.

Alvero merasakan jantungnya yang berdetak kencang. Ia melihat nama Frida, kakeknya, serta Marco yang mengirim pesan padanya.

Perhatian Alvero tertuju pada kolom chatnya bersama Frida, sebab ada hampir lima puluh pesan yang belum ia baca.

Kedua mata Alvero membulat. Ia menatap pesan-pesan itu dengan jantung yang berdetak kencang dan nafas yang hampir berhenti.

Alvero benar-benar tersentak.

"Vero dimana? aku nunggu di depan ya"

"Alvero?? kenapa gak terkirim??"

Alvero the AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang