Chapter 36. Helpless (part 2)

14.8K 1.3K 30
                                    

"Malam ini, waktunya kamu nyelesaiin tugasmu, Sarah."

Sarah menatap pisau yang disodorkan oleh ayahnya. Ia masih mengingat pisau itu. Pisau yang pernah ia bawa untuk melukai lawannya.

Pada saat itu, lawan yang ia lukai hanyalah seorang laki-laki yang tak ia kenal. Seorang laki-laki yang menghajarnya, mengira dirinya bukan dirinya. Seorang laki-laki yang mengejarnya sekuat tenaga, mengira dirinya adalah orang yang ia cari.

Tapi kali ini, lawan itu bukan sekedar laki-laki yang tak ia kenal. Ia adalah Alvero, laki-laki yang mengisi hari-harinya. Laki-laki yang membuat jantungnya berdetak kencang tiap mereka berhadapan.

Bagaimana ia bisa melakukannya? bagaimana cara melakukannya?

Sarah menengok. Ia melihat ke arah sana. Ia melihat Alvero yang sudah kehabisan tenaga. Matanya terpejam. Tubuhnya banyak luka dan wajahnya babak belur.

Sudah tidak adakah harapan bagi mereka untuk kabur dari sini?

Sarah kembali menatap ayahnya yang berdiri di dekatnya. Laki-laki itu masih menyodorkan pisau ditangannya pada Sarah.

"Ayo Sarah, bangkit dan selesaikan tugasmu," ucap Frans.

Sarah mulai menggerakkan mulutnya. Ia berbicara sambil menatap ayahnya dengan tatapan lelah.

"Kalau aku lakuin itu, apa semua bakal balik kaya dulu lagi?" tanya Sarah.

Frans tersenyum. Ia menyadari Sarah yang sudah mulai menyerah dan pasrah akan takdirnya.

"Tentu, semua akan balik seperti dulu lagi, kamu dan Alinka akan bersatu lagi, hidup bahagia sebagai kakak dan adik," tutur Frans.

Sarah yang mendengar itu kini terdiam. Ia masih menatap ayahnya dalam diam.

"Kalau aku nolak, apa yang bakal terjadi?"

Frans tersenyum. Ia pikir gadis ini sudah menyerah, ternyata belum, batinnya.

"Apa yang bakal ayah lakuin, kalo aku nolak? ayah gak mungkin bunuh kak Vero, ayah gak berani ngelakuin itu karena ayah takut ketauan."

"Ayah minta aku lakuin ini supaya ayah bisa bikin kejadian ini seolah-olah kecelakaan, dan setelah itu, ayah akan paksa Alinka muncul dihadapan nenek dan kakeknya, supaya ayah bisa ambil alih warisan ke tangan ayah melalui Alinka, iya kan??"

Frans menghela nafasnya pelan. Ia menatap Sarah yang berucap. Gadis itu mulai menaikkan nada suaranya, menunjukkan amarah di dalam dirinya.

"Benar, kamu benar Sarah, maka dari itu lakukan sekarang, supaya semua rencana ayah berjalan lancar," jawab Frans, ia tersenyum tanpa mempedulikan bagaimana Sarah menganggapnya.

Sarah mengepal tangannya kencang. Ayahnya benar-benar kejam dan tak punya perasaan. Sarah masih tak percaya ia pernah menganggap laki-laki ini ayah kandungnya.

"Kalau aku bilang aku gakmau, apa yang bakal ayah lakuin?" tanya Sarah sekali lgi.

Kini Frans berjongkok di depan Sarah. Ia menatap wajah gadis itu yang terlihat lelah. Kedua matanya sembab. Ada emosi yang tergambar jelas di wajahnya.

"Kalau kamu gak mau lakuin ini, itu artinya rerncana ayah udah gagal total, yang artinya, Alvero, maupun Alinka, udah gak berguna lagi di dunia ini."

Seketika, kedua mata Sarah membulat. Ia menatap ayahnya tak percaya.

"Si kembar lahir cuma bawa beban buat ayah, jadi lebih baik mereka mati bersama di ruangan ini."

Mendengar kalimat itu, membuat sekujur tubuh Sarah gemetaran. Jantungnya berdetak kencang tak karuan.

Alvero the AlphaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora