Chapter 44. I know It's you, Sarah

16.6K 1.5K 223
                                    

"Mas! tolongin! mas gak kasian liat cewek itu??"

Alvero terdiam sesaat. Tanpa membalas tatapan perempuan itu, ia berucap.

"Saya gak bisa nolong siapapun, saya lagi gak punya sedikitpun niat untuk nolongin orang lain," tutur Alvero. Laki-laki itu kini melanjutkan jalannya.

"Yaudah, saya juga gak bisa nolongin!"

Perempuan tersebut bergegas pergi. Langkahnya begitu cepat hingga mendahului langkah Alvero yang lambat.

Alvero sesaat terdiam. Perlahan, ia kembali melihat ke arah dimana seorang gadis sedang dihadang beberapa laki-laki. Gadis itu terlihat berusaha kabur, namun tak berhasil dan terus digoda oleh para laki-laki.

Alvero terdiam sesaat. Ia tidak berbohong ketika mengatakan dirinya sedang tidak berada dalam kondisi yang bisa menolong siapapun. Alvero justru merasa butuh pertolongan karena hidupnya yang begitu berantakan.

Meskipun begitu, tanpa Alvero sadari, tubuhnya bergerak sendiri. Kedua kakinya melangkah menuju dimana kejadian terjadi.

Alvero menghela nafasnya pelan. Pada akhirnya, tetap saja ia harus turun tangan.

Alvero berjalan dengan tenang ke arah gadis yang berdiri membelakanginya. Dua orang laki-laki yang sedang menggoda gadis itu kini menatap Alvero.

"Ngapa?" tanya salah satu dari mereka.

"Pergi," ucap Alvero dengan malas.

Kedua orang terebut terlihat bingung. Mereka saling menatap kemudian tertawa.

"Siapa lo?? lo aja sono yang pergi," ucap salah satu dari mereka.

Alvero berdecak pelan. Ia melihat ke arah gadis yang masih membelakanginya. Kenapa? kenapa gadis ini tak langsung bergerak, atau paling tidak mendekat ke arahnya?

Salah satu dari dua laki-laki itu berjalan mendekati Alvero.

"Hah? lo nantangin?"

BUGH!!

Satu pukulan kencang langsung Alvero berikan di wajah laki-laki itu. Kini laki-laki itu sudah terpental dan tersungkur di tanah. Ia meronta-ronta merasakan sakit di wajahnya. Darah mulai mengalir dari hidungnya.

Temannya yang melihat itu begitu tercengang. Ia menelan ludahnya dan merasa ciut untuk maju. Ia mulai sadar lawan mereka bukanlah orang biasa.

Sementara gadis yang berada di tengah mereka kini sudah berlari menjauh. Alvero melihat gadis itu yang berlari tanpa menengok padanya.

"Ck." Alvero berdecak kesal. Gadis itu bahkan tak mengucapkan terima kasih padanya karena sudah ditolong.

Pertikaianpun berlanjut, dan Alvero berhasil memenangkannya dalam beberapa detik.

***

Keesokan harinya.

Pagi ini di rumah sakit, Alvero datang untuk sarapan dan menemani neneknya sebelum berangkat ke kampus. Ia sudah membawa makanannya sendiri yang ia beli di jalan.

Kondisi Sharon sudah membaik dibanding kemarin. Ia sudah bisa duduk dan berkomunikasi seperti biasa. Namun masih harus diinfus dan menjalani perawatan.

Alvero saat ini duduk di dekat kasur Sharon. Ia makan sambil mendengarkan neneknya yang memberinya nasihat.

"Nenek denger dari kakekmu, kemarin kamu hampir main tangan sama ibumu? nenek khawatir banget dengernya," tutur Sharon.

"Gak boleh gitu Alvero, laki-laki gak boleh kasar sama perempuan, apalagi sampe main tangan."

"Emag gak boleh, tapi pengecualian buat dia," ucap Alvero.

Alvero the AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang