Chapter 17. Alinka

30K 1.4K 53
                                    

Pagi hari yang sejuk dan dingin, Sarah dan Frida sudah berada disini. Di sebuah taman kebun teh yang sangat luas. Ini adalah tempat wisata pertama mereka hari ini, sebelum berangkat ke tempat lainnya.

Frida dan Sarah sedang menikmati pemandangan, juga tak lupa berfoto di setiap titiknya. Sementara para laki-laki kini sedang duduk di sebuah pondokan yang ada di pinggir kebun teh tersebut.

Mereka mengopi dan merokok sembari menunggu para gadis.

"Iya nek, aku baik-baik aja, gak kedinginan, nenek gak usah khawatir."

Saat ini, Alvero sedang menerima panggilan dari Sharon yang menelfonnya. Sharon hanya ingin memastikan Alvero dan kawanannya baik-baik saja di puncak.

"Iya, kita makan selalu di restoran, soalnya ribet kalo harus masak."

"Iya, Sarah sama Frida baik-baik aja, lagi foto-foto."

"Oke nek, nanti aku kirimin fotonya."

"Enggak nek, Sarah kan tidurnya sama Frida bukan sama aku."

"Iya."

Akhirya Alvero mematikan sambungan telfonnya.

"Kenapa nenek lu Ver?" tanya Marco.

"Enggak, cuma nanyain," jawab Alvero.

"Pasti nenek lu takut lu ngapa-ngapain Sarah ya?" ucap Marco terkekeh geli.

Alvero tersenyum dan mengangguk. "Sayangnya, nenek gua gaktau kalo gua adalah cucu yang brengs*k," ucap Alvero mengakui kebejatannya.

"Emang semalem ngapain aja lu depan api unggun?" tanya Marco.

"Ciuman doang si," jawab Alvero.

"Ah masa? gua liat-liat tangan lu udah kemana-mana," sahut Marco.

"Anj*ng lu liat juga?" ucap Alvero.

"Liat lah hahaha.."

Ezra yang mendengar itu tersenyum geli. Ia menggeleng-geleng dan menghisap rokoknya.

Pandangan Ezra kini teralihkan. Ia melihat ke arah Frida yang saat ini sedang bersama Sarah di kebun.

"Kenapa lo nyium Sarah?" tanya Ezra.

Alvero menghela nafasnya kasar. "Gua kesel, Sarah gak mau ngaku kalau dia punya keluarga angkat," tutur Alvero.

"Gua cium aja," lanjutnya.

Marco yang mendengar itu kini terdiam mengernyit. Ia berpikir keras.

"Ver, kalau misalnya pikiran lo bener, tentang Sarah yang cuma diadiin alat sama keluarga angkatnya untuk ngeganggu lo dan nenek lo, berarti itu artinya, dia juga korban dong?" tutur Marco.

"Gua juga mikir gitu," sahut Ezra menengok.

Alvero kini terdiam. Ia menghembuskan asap rokok dari mulutnya.

"Iya, bisa dibilang gitu."

Marco mengangguk pelan. Ia menggaruk dahinya.

"Kalo gitu.. apa gak sebaiknya kita selamatin dia?" ucap Marco, membuat Alvero dan Ezra sama-sama menatapnya.

"Maksud gua, Sarah aja sekarang umurnya baru tujuh belas tahun, sedangkan masalah ini udah dimulai hampir setahun, artinya, orangtua dia udah nyuruh dia ngelakuin semua ini dari dia umur enam belas tahun, masih bocah njir, dibawah umur," tutur Marco.

Alvero yang mendengar itu menghela nafasnya pelan. Sesungguhnya, yang dikatakan Marco ada benarnya. Itulah kenapa semalam Alvero mengucapkan kalimat-kalimat buruk tentang orangtua Sarah pada gadis itu.

Alvero the AlphaWhere stories live. Discover now