2 ~ Tidak Ada yang Tau

296 43 0
                                    

"Bagaimana bisa kau hanya mendapatkan telur dadar saja Key? Untung pak Dani jadi meralat perkataannya tadi. Jika semua jadi mengulang, aku yakin kau akan menerima umpatân lagi!"

Aku menatap Harry yang mengemudi, setelah kelas mereka berakhir 15 menit yang lalu. Pak Dani, dosen mata kuliah umum kami membagikan hasil ujian kami. Dan tebak? Aku mendapatkan peringkat satu dari bawah. Harry langsung menarikku keluar dari ruangan kelas itu sebelum banyak umpatân yang aku dengar dari mereka.

Dan yang aku lakukan saat ini hanyalah menatap Harry dengan tidak ada niat, dan dengan tidak tau dirinya. Aku masih sempat-sempatnya untuk meminta permen lagi pada Harry. "Aku bukannya tidak mau menjawab pertanyaan itu!" aku akhirnya mulai buka suara. Setidaknya aku harus mengutarakan pembelaan diri.

Harry sesekali melirik Kirey yang sudah sibuk mengemut permen rasa coklat itu."Tapi kenapa sampai dapat nilai telor?"

"Aku terlalu malas untuk menulis jawabannya, jadi aku hanya menjawabnya dari kepala saja. Lebih singkat, jelas, dan padat. Pak Dani saja yang tidak bisa mendengar telepatiku Harry. Dia itu hanyalah tua bangka yang sudah bau kuburan, ayolah. Kau ini serius sekali menghadapi mahluk-mahluk bumi itu!"

"Makhluk bumi? Jadi kau ini apa? Setân?"

"Tidak tau, aku ini seperti bukan makhluk bumi saja!"aku menatap keluar jendela kaca mobil Harry. Awan semakin menghitam, butir-butir air hujan yang turun dari atas langit membuat jalanan terlihat sangat basah dan suram. Sama-seperti suasana hatiku yang selalu saja tidak menentu dan sangat sering berubah-ubah. Padahal aku sedang tidak PMS—premenstruation syndrome—saat ini, namun akhir-akhir saja yang berbeda.

Harry diam saja, memikirkan apa yang membuat Kirey berpikir seperti itu. Ia sangat tau bahwa pemikiran Kirey itu jauh dari nalar manusia. Dan itu sebabnya lebih memilih untuk mempertimbangkan pertanyaannya lebih dulu. Daripada nanti kena semprot lagi, lebih baik dia jaga-jaga duluan.

Mobil berhenti tepat di lampu merah, beberapa pejalan kaki langsung menyebrang meskipun sedang hujan. Ada beberapa yang memakai payung, mantel hujan namun ada saja makhluk bumi yang menyebrang tanpa apa-apa. Sangat nekat dan perhatian Harry tertuju pada sosok lelaki yang terlihat menyebrang menerobos derasnya hujan.

Dari belakang, ia menatap ada sebuah motor yang melaju. Harry langsung menarik Kirey yang sepertinya juga sedang memperhatikan pemuda itu. Ia menutup mata Kirey dan juga telinga gadis itu.

Bruk—Pemuda tadi terlempar di sisi aspal jalanan, aku yang tiba-tiba merasakan banyak suara-suara ribut langsung melepaskan dirinku dari Harry. Namun setelah melihat apa yang terjadi, aku langsung mual dan menatap Harry yang menatapnya dengan helaan nafas. "A—papa yang terjadi? Mengapa bisa seperti ini? Apa yang terjadi Harry...Ke—kenapa bi...!"

"Sssttt—Diam dan tenangkanlah dirimu, lampu sudah hijau dan kita juga harus pergi. Beberapa petugas sudah mulai datang, kita harus segera pergi!"

Aku menatap Harry dengan tatapan yang sudah berkaca-kaca, mataku juga kembali tertutup saat aku hendak ingin melihat apa yang terjadi dengan pemuda itu. Aku bersandar dengan Harry yang menutup matanku dengan salah-satu tangan lelaki itu. Aku merasakan nafasku yang memburu. Tidak lagi, bayang-bayang malam itu kembali berputar-putar di dalam pikiranku. Aku menahan nafas dalam, lalu mengeluarkannya dengan perlahan.

Tidak, ia tidak lagi bisa seperti ini. Jika aku terus-terusan terjebak di dalam masa laluku, aku tidak akan menjadi lebih baik lagi. Meskipun aku tidak tau, apakah aku masih bisa lebih baik lagi atau tidak.

Mobil Harry sudah sampai di depan rumah Kirey. Ia melirik ke sebelahnya, lalu menatap Kirey yang sudah lebih baik. Namun gadis itu masih diam saja dan masih melamun. "Kita sudah sampai, apa kau tidak mau turun?"

The Spesial Bride of DragonWhere stories live. Discover now