37 ~ Canggung

81 28 0
                                    

Jumat, 30 Juli 2021

Travold pergi begitu saja ketika keadaannya sudah membaik, memunculkan berbagai pertanyaan di benakku. Aku dan Harry masih berada di lapangan istana, dengan keadaan terdiam. Harry terlihat bingung juga, sama denganku. "Kenapa sentuhànmu bisa mengembalikan keadaannya? Apa terjadi sesuatu pada kalian berdua, Na?"

Aku menatap Harry, "Aku yakin tidak ada yang terjadi pada kami. Seperti yang kau lihat, aku saja baru sadar tadi pagi. Tidak mungkin selama beberapa hari ini aku melakukan sesuatu dengannya!"

Harry mèngelus dagunya dengan tatapan mata tajàm dan kening berkerut, dia pasti sedang berpikir keras. "Tapi, apa mungkin!"

"Apa?" tanyaku sedikit terkejut karena Harry berteriak di depan telingaku.

"Apa mungkin Travold sebenarnya adalah sejenis Gumiho? Silumàn rubah yang ingin menjadi manusia biasa, dan untuk menjadi manusia dia harus mengambil energi dari manusia, lebih spesifiknya lawan jenisnya. Aku rasa dia memang silumàn rubah Na, lihatlah, hanya dengan ményentuh dan dia sudah lebih baik. Aissss, aku menjadi penasaran dengan bentuk aslinya. Ada berapa ekornya?"

"Tidak mungkin, kau hanya kebanyakan menonton film fantasy sepertinya!"

"Tapi analisisku ini sedikit benar Na, aku pernah menonton di drama-drama korea—!"

"Diamlah, tidak usah bahas lagi ini, yang terpenting dia sudah lebih baik! Tapi Harry, ada yang ingin aku ceritakan padamu dan juga Edward. Tapi dia sepertinya masih sibuk, aku akan mengatakannya jika dia sudah tidak sibuk lagi! Aku harus menemui seseorang dulu, aku ingin pergi!"

"Kirey, tunggu!"

Aku menghiraukan Harry dan tetap berjalan menuju kerajaan. Sungguh, mimpiku itu membuatku sedikit terganggu. Ketika memasuki ruangan, Logan? Aku terkejut melihat lelaki itu yang ternyata sudah sadar. Tatapannya juga terkejut melihat kedatanganku. "Ahh, maaf jika mengganggumu. Ak—aku pergi dulu!"

Kakiku langsung berbalik, aku tidak tahu jika Logan sudah berpindah tempat ke ruangan ini. "Tunggu Kirey, aku ingin bicara denganmu!"

Langkahku terhenti, aku berbalik dan menatap Logan yang sudah berdiri dari ranjangnya. Aku menatapnya canggung, meskipun sudah memaafkan Logan. Tapi tetap saja masih ada perasaan canggung dan kesàl. Perasaan yang harus aku lawan, sekalipun ini berat. Aku menatap Logan, ekspresinya sama seperti ketika aku menemukannya di dalam liàng ular berbulu itu.

"Aku minta maaf Kirey, aku tahu kata-kataku saat itu membuatmu merasa marah padaku. Tapi, aku mempunyai masalah dalam mengontrol emosi. Sejak dulu, ketika aku merasa ketakutan. Aku akan cenderung mengumpàt dan mengatai mengenai keburukàn orang lain. Tapi begitu aku menyadarinya, aku selalu menyesal dan itu dalam waktu yang berkepanjangan. Aku pikir aku akan màti di dalam liang ular itu, tapi begitu melihatmu yang datang dan menyelamatkanku. Aku tak lagi bisa berkata apa-apa, rasa penyesalànku semakin dalam. Aku—aku tahu aku memang seorang pecundàng yang tidak bisa mengalahkan rasa takutku. Maaf!"

Sembari menatap ke langit, aku bisa merasakan permintamaafan yang tulus dari Logan. Aku tidak menyalahkannyà, setiap manusia punya emosi yang berbeda-beda. Ada yang dengan mudah bisa mengendalikannya, namun ada juga yang kesulitan untuk mengontrolnya. Salah-satu emosi alami manusia adalah rasa takut, terlebih ketika menghadapi kematiàn yang ada di depan mata. Hal itu wajar, sehingga banyak manusia yang saling mémbunuh ketika menghadapi kematiàn, berusaha untuk mempertahankan kehidupannya.

Aku menatap Logan, kami memang berada di balkon kamar yang sedang di tempati oleh Logan. Lelaki itu berdiri beberapa langkah di belakangku, wajahnya memancarkan raut wajah sedih dan bersalah. Aku menatap Logan. "Aku senang kau masih selamat, tidak usah di pikirkan. Lagi pula perkataanmu kemarin tidak sepenuhnya salah, aku tahu itu ada di luar kesadaranmu. Tapi perkataanmu juga membuatku sadar mengenai ke egoisànku, dan aku sudah memafkanmu!"

Wajah Logan terangkat dan menatapku, raut wajahnya cukup terkejut. Aku tersenyum, lalu mendekat dan memeluk Logan. "Tidak perlu merasa bersalah, semua orang punya sisi lain dalam diri mereka sendiri, dan—!" aku melepas Logan "Kau tidak bersalah!"

"K—kau memaafkanku semudah ini?"

Aku terkekeh, "Kenapa dengan kata semudah ini? Apa ada cara lain untuk memaafkan? Aku rasa aku tidak perlu melakukan atau meminta sesuatu bukan? Melihatmu ada di sini saja sudah membuatku legah, setidaknya iguanaku masih membuatmu tersadar! Ah, aku pergi dulu, aku masih harus berbicara dengan Zura. Ada yang ingin aku tanyakan padanya!"

Aku berjalan menuju pintu, perasaanku sedikit lebih lega. Benar, memaafkan adalah kunci untuk berdamai dengan orang lain dan juga diri sendiri. Sebenarnya meminta maaf tidak sesulit yang kita pikirkan, hanya saja ego yang menjadi lawan kita.

"Terima kasih Kirey!"

Aku berbalik dan mengangguk pada Logan, dia juga terlihat lebih baik. Aku keluar dari ruangan Logan, dan terkejut ketika mendapati Travold yang melintas dari ruangan ini. Aku menelan air liurku, tiba-tiba aku merasa panas di sekitar wajahku. Travold juga sadar bahwa aku baru keluar dari ruangan Logan, tapi tatapannya biasa saja dan raut wajahnya tetap kaku.

"Kau mau kemana?" tanya Travold

"Ahh—itu, ak—aku...!" Siàl, kenapa aku jadi gugup berbicara dengannya? Aku menarik nafas, dan berusaha untuk tenang. Tidak seharusnya kata itu mempengaruhiku sampai sejauh ini. Aku berusaha untuk tenang dan menatap Travold "Aku ingin bertemu dengan Zura, ada yang ingin aku tanyakan padanya. Aku pergi dulu, bye!"

Aku mengambil jalan yang berlainan dari Travold, dan sengaja mengambil langkah lebar. Aku ingin cepat berlalu dari sini.

"Zura ada di arah yang berlawanan denganmu Kirey!"

Langkahku berhenti, lidàhku kelu. Kenapa aku juga bisa yakin dimana keberadaan Zura? Aku berbalik dengan badan yang kaku, Travold masih berdiri di tempat tadi dan menatapku datar. Astagah, kenapa tatapan Travold selalu saja datar? Apa dia tidak bisa lebih berekspresi dan tidak membuat suasana canggung seperti ini? Aku segera mengangguk dan segera berjalan searah dengan Travold.

Aku berusaha untuk mempercepat langkahku, tapi tetap saja tidak bisa melewati kecepatan Travold. Dan jadinya, kami berjalan bersama di lorong sepi ini meskipun aku selalu memberi jarak. Tidak ada yang bicara, dan aku juga tidak ingin bicara. Lebih tepatnya, tidak ingin melihat Travold untuk saat ini. Ada perasaan gugup yang tiba-tiba saja hinggap di benakku ketika melihat tatapan Travold dan juga ketika mengingat mimpi itu. Meskipun aku hanya melihatnya di mimpi, aku merasa mimpi itu akan terjadi.

Perasaan ketika melihat Travold kecewà dan bimbàng, perasaan terpana melihat wajah Travold yang menikmati angin sore membuatku tidak bisa menentukan apa yang harus aku lakukan ketika bertemu dengannya. Aku ingin menghindarinya, tapi jika alasanku hanya karena mimpi. Aku rasa Harry sekalipun akan menganggapku àneh.

"Zura di dalam ruangan ini, tadi aku melihatnya masuk ke sini!"

"Eh?"Aku lekas mengalihkan arah pandanganku, aku baru saja sadar bahwa sejak tadi aku memperhatikan Travold yang berjalan sedikit di depanku. "Aku masuk dulu, terima kasih!" ujarku dan segera memasuki ruangan itu. 

The Spesial Bride of DragonWhere stories live. Discover now