58 ~ Istana Klan Siren yang Terbagi

68 27 5
                                    

11 Agustus 2021

Tatapanku tertuju ke depan, menatap gedung besar menjulang tinggi. Jaafar tetap memacu kudanya, memasuki bangunan itu. Tatapan penasaran dari beberapa orang yang kami lihat membuatku ikutan menatap mereka. Kenapa klan Siren tidak hidup di dalam air? Bukankah air adalah kehidupan mereka?

"Cepat, buka gerbangnya!" teriak Jaafar

Bunyi decitan dari gerbang yang berkarat itu terdengar memilukan, burung gagak yang atas di atas gerbang langsung terbang menjauh. Bulu kudukku merinding, rasanya klan ini penuh dengan kesedihan. Aku turun begitu kuda Jaafar berhenti, beberapa orang berpakaian seperti prajurit keluar dari dalam gedung itu dan membantu Jaabir dan Jaabar membawa tubuh Travold. Edward ikut membantu mereka, aku masih berada tempatku tadi berdiri, perhatianku tertuju pada kumpulan orang di seberang kami. Pakaian mereka serba hitam, kesedihan tercetak jelas di wajah mereka.

"Mereka kehilangan putra terbaik mereka sehari yang lalu, dan tadi pagi adalah penguburan mereka. Itu sebabnya mereka terlihat sedih dan mengenakan pakaian hitam. Ikut dengan kami, Kirey!"

Aku melangkah mendekati Jaafar, mengikutinya yang membawa kami memasuki gedung itu. Aura duka begitu terlihat, bahkan langit sepertinya juga berduka. Sejak kami tiba di klan ini, langit yang tadi cukup cerah kembali menghitam, rintik-rintik hujan sepertinya mulai turun.

"Apa kau bisa membawa salah-satu obor ini, Harry? Penerangan di sini cukup minim, aku takut kalian akan menabrak sesuatu nantinya!"

Harry mengangguk dan menerima salah satu obor dari tangan Jaafar, aku juga ikut mengambil salah-satu obor. Menerangi perjalanan kami. Aku tidak tahu kemana Jaabar dan Jaabir membawa Travold, tapi intinya Edward bersama dengan mereka. Sesekali aku menatap ukiran-ukiran seperti duyung di tembok. Menatap ukiran itu, aku jadi teringat dengan bentuk asli Harry dan Logan.

Jaafar berhenti di sebuah pintu besar, melihat dari ukirannya, sepertinya pintu itu adalah pintu utama setelah kami melewati lorong panjang. Sejujurnya, aku juga tidak terlalu mengerti bentuk dari istana klan siren ini.

"Mereka membawa Travold pada tabib, kalian tidak usah khawatir. Masukkan!"

Kami melangkah masuk begitu pintu itu terbuka, ruangan besar namun minim pencahayaan. Di setiap sudut bangunan terdapat gambar dari klan siren. Jaafar terus memandu kami di depan, dan berhenti di depan sebuah meja makan besar. Berbagai jenis makanan ada di sana, dan Harry yang berdiri di sampingku langsung menatap makanan itu dengan tatapan berbinar. Dia bahkan sudah langsung bertanya pada Jaafar.

"Apa kami bisa memakannya?" seru Harry dengan penuh antusias, obornya sudah diserahkan padaku sejak tadi. Lebih tepatnya sejak dia sadar bahwa di dalam ruangan ini ada makanan.

"Boleh, tentu saja, itu adalah makanan untuk para tamu. Aku akan memeriksa keadaan Travold lebih dulu, dan berbicara pada Lord. Sembari menunggu, kalian bisa makan dan beristirahat di dalam ruangan ini. Tapi ingat untuk tidak membuat keributan, keadaan istana sedang berduka!"

"Ahahaha" bruk—Tangan Harry melayang dan memukul pundak Jaafar, bukan karena marah. Tapi sepertinya karena Harry tertalu senang. "Tidak akan, kalau begitu aku makan dulu. Aku sudah sangat kelaparan!"

Jaafar hanya tersenyum dan mengangguk, "Kalau begitu, aku izin pergi dulu. Jika kalian butuh sesuatu, katakan saja pada penjaga itu. Mereka ada di sebelah sana!" tunjuk Jaafar ke arah kanan kami, pengawal yang berdiri di sudut ruangan itu mengangguk. Aku mengerutkan kening, terlalu terkejut mendapati ada orang lain di sini juga. Mungkin karena pencahayaan ruangan yang minim, sehingga aku tidak melihat dengan jelas ke arah mereka.

Jaafar sudah melangkah keluar, aku menatap punggung lelaki itu yang menjauh. "Tunggu ...!" aku langsung berlari dan mengejar Jaafar. "Aku ikut denganmu, aku tidak merasa lapar!" seruku, begitu aku sudah berada di hadapan Jaafar.

"Baiklah, ikut denganku!"

Kami keluar dari dalam ruangan besar itu, berjalan melewati lorong panjang lagi. Jendela yang terbuka membuatku bisa melihat bahwa meskipun rintik-rintik hujan mulai turun, orang-orang yang tadi kami lihat di bahwa masih tetap berada di sana.

"Apa yang terjadi dengan klanmu ini Far? Ahh, boleh aku memanggilmu dengan sebutan itu?"

"Itu panggilan pertamaku, silahkan saja Kirey!"

"Ah begitu, terima kasih!"

Kami kembali berjalan bersisian melewati lorong, Jaabar dan Jaabir sudah kembali. Kami bertemu di lorong, namun aku tidak melihat dimana Edward. Mereka tidak sempat mengatakan keadaannya, tapi raut wajah mereka cukup menjelaskan bahwa keadaan Travold sepertinya tidak baik-baik saja. Kami kembali melanjutkan perjalanan melewati lorong itu.

"Beberapa hari lalu, klan yang menyerang kalian, juga menyerang kami. Mereka adalah anak buah dari klan penyihir hitam. Mereka selalu membuat kerusuhan di semua klan, dan karena perbuatan mereka. Klan kami mengalami kerusakan dan beberapa putra putri petarung terbaik milik klan ini tewas. Klan kami melemah sejak Lord mengurung dirinya, dia sakit. Tidak ada yang bisa menyembuhkannya!"

"Jika kalian adalah klan Siren, kenapa kalian tidak hidup di dalam air, Far? Bukannya bermaksud menyinggung kalian, tapi pertama aku kali melihat Logan dan Harry berada di dalam wujud asli mereka itu adalah ketika mereka di dalam air. Apa yang terjadi?"

Jaafir menghela nafasnya, dia berhenti melangkah dan berjalan menuju jendela yang terbuka. Dia menatap ke bawah, menatap para klan Siren yang basah di bawah guyuran hujan. Aku mendekat, ikut menatap ke bawah.

"Kau benar, seharusnya kami memang harus hidup di dalam air. Tapi beberapa bulan terakhir ini, kami harus hidup di sini, gedung ini adalah tempat pertahanan kami. Lord Jaballah membagi kami menjadi dua, sebagian hidup di kerajaan bawah laut dan sebagian lagi berada di sini. Kami harus mengalihkan perhatian klan penyihir hitam yang terus mengincar kami sampai Lord Jaballah berada dalam keadaan yang baik. Ini jelas tidak mudah bagi kami, Kirey. Tapi, kami harus berusaha!"

Kejanggalan yang sejak tadi aku pikirkan akhirnya terjawab. Jaafar menatapku, aku balas menatapnya. Jika aku perhatikan, manik sebiru laut nan menenangkan itu seolah menyimpan sesuatu kekhawatiran.

"Aku tidak tahu kenapa kau bisa menunggangi hewan legendaris itu, Kirey. Dan jujur saja, ketika melihatmu pertama kali, aku sadar bahwa sepertinya kau adalah salah satu yang istimewa. Kalung itu juga bukanlah benda yang sembarangan, sepanjang perjalanan menuju kemari, aku terus berpikir bahwa sepertinya perang besar akan terjadi. Bahkan sebelum bertemu dengan kalian, tetua kami juga mendapati beberapa tanda akan terjadinya perang besar itu!"

"Perang?"

Jaafir mengangguk, "Kami semua tahu bahwa bayangan itu tidak akan pernah berhenti mencari jalan untuk bebas dan menyerang semua klan. Para pengikutnya akan terus mencari sosok yang bisa melakukan hal itu, dan melihat anak buah klan penyihir hitam mengincarmu. Dugaanku itu semakin kuat. Terlebih ketika melihat Travold, aku yakin dia datang dari klan penunggang. Auranya kuat. Aku bisa merasakannya!"

"Travold? Tapi, beberapa hari lalu, ada sosok berjubah putih yang juga menyiksa Travold. Dia ingin sekali membunuh Travold dan bahkan mengancamnya, yang aku dengar dari percakapan mereka. Sosok berjubah itu mengatakan bahwa Travold juga tidak tahu klan sebenarnya!"

"Percayalah padaku Kirey, aku sudah hidup ratusan tahun. Tubuhku tidak pernah menua karena aku memiliki kekuatan yang diberikan oleh Lord. Aku yakin, hari itu pasti akan terjadi. Aku berharap kau menemukan klanmu secepatnya!"

"Kirey!"

Mendengar suara lain, aku langsung berbalik dan menatap Edward. Wajahnya cukup pucat, "apa yang terjadi?"

"Ini tidak baik, cepatlah, Travold membutuhkanmu!"

The Spesial Bride of DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang