59 ~ Pintu Rahasia

63 27 5
                                    

11 Agustus 2021

Aku memasuki ruangan yang penuh dengan bau obat-obatan, sosok lelaki paruh baya yang terlihat sudah berumur panjang berdiri di depan Travold yang terbaring lemah. Tatapanku dan lelaki paruh baya itu saling bertemu, dia lalu menatap Travold.

"Salam!" seru Jaafar sembari membungkukkan badannya, aku mengikuti apa yang dilakukan oleh Jaafar.

"Lekaslah kemari anak muda, dia membutuhkanmu. Racun yang menusuk perutnya sudah bereaksi lebih dulu sebelum kalian sempat memberi pertolongan pertama. Lihatlah dia!"

Aku lekas masuk dan menatap Travold, dia masih sadar namun wajahnya begitu pucat. Tatapan Travold tertuju padaku. Tangannya bahkan terlihat gemetaran hebat, keringat dingin keluar dari keningnya. Nafas Travold juga terlihat sangat tidak stabil, dia terus memegangi bagian perutnya.

"Travold, apa yang terjadi? Apa yang bisa aku lakukan untukmu?"

"Sentuh saja tanganku seperti biasanya, Kirey. Tapi ini akan mengambil cukup banyak energimu, aku juga butuh persetujuan darimu." Suara Travold gemetaran

Tanganku langsung menyentuh tangan Travold setelah Edward menganggukkan kepalanya. Apa yang dikatakan oleh Travold benar, rasanya badanku begitu lemas beberapa menit setelah aku menyentuh tangannya. Kalungku mengeluarkan sinar, perhatian tertua itu tertuju pada benda milikku ini. Sementara Jaafar dan Edward sedang berbicara di luar. Tetua itu duduk di depan kami, sembari meramu beberapa obat.

"Wahai anak muda, dari manakah kiranya kalian berasal? Pemilik kalung itu adalah sosok yang terpilih, dan setahuku. Kalung itu dijaga oleh Luna dari klan werewolf, apa Anna yang memberikannya pada kalian nak?"

"Benar, luna Anna yang memberikanku kalung ini tabib. Dia percaya bahwa akulah pemilik dari kalung ini sebenarnya!"

Tetua itu diam, tatapannya beralih dariku. Aku ikut menatap ke luar jendela, menatap langit yang masih menghitam di selimuti kabut. Hujan masih belum reda sejak tadi, bahkan lebih deras ditambah dengan petir yang menyambar, kilatan petir bahkan terlihat jelas. Suara burung gagak semakin terdengar di luar. Tetua itu menghela nafas, tangannya kembali menumbuk beberapa jenis obat-obatan.

"Kau bisa melepaskan tanganmu dari dia nak, biarkan obat ini yang bekerja!"

Aku mengangguk, melepaskan tanganku dari Travold. Tubuhku begitu lemas, aku bahkan tidak sanggup untuk berdiri. Beruntung Edward sudah masuk lebih dulu dan menahan berat badanku. Tetua itu mengoleskan ramuan itu. Travold mulai memejamkan matanya.

"Dia tidak kenapa nak, tubuhnya butuh istirahat. Sebaiknya kita meninggalkan dia seorang diri dulu, agar dia tenang!"

"Tapi, apa dia akan aman sendirian di sini tetua?" tanya Edward

"Dia akan baik-baik saja berada di ruanganku ini, lagipula aku akan memerintah Jaabar untuk menemaninya di sini. Jaga-jaga jikalau keadaan Travold memburuk!"

Aku setuju, kami kembali keluar dari ruangan Travold. Melangkah kembali menuju lorong gelap tadi dan menuju ruang utama. Harry dan Logan terlihat duduk santai di atas sofa, mereka langsung berdiri begitu melihat kedatangan kami.

"Apa yang terjadi dengan Travold?" seru Logan

"Dia...."

Bruk—pintu terbuka tiba-tiba, Jaabir dan Jaabar masuk dengan raut wajah panik, tatapan mereka tertuju pada tetua yang bersama kami dan juga Jaafar. "Salam, tetua. Keadaan kita tidak sedang baik-baik saja. Klan penyihir hitam itu kembali mengirim anak buahnya kemari, sepertinya mereka mengincar tamu kita. Apa yang harus kita lakukan sekarang? Pada pemuda terbaik sedang berada di depan gerbang untuk menahan mereka!"

The Spesial Bride of DragonWhere stories live. Discover now