3 ~ Bukan Cafe Manusia

220 45 0
                                    

Pagi ini aku berangkat ke kampus, setelah berkonsultasi dengan dosen pembinaku dan juga dengan Edward. Yang menjadi tempat penelitianku adalah desa Ramberg, salah satu desa yang berada di pulau Lofoten. Salah satu pulau terpencil yang ada di negeri kepingan surga, Norwegia. Katanya, di pulau itu masih menyimpan banyak tempat-tempat yang menyimpan sejarah. Aku cukup senang dengan hal itu, namun entah kenapa aku merasa ini akan menjadi perjalanan yang panjang. Cukup panjang, hingga aku bingung apakah harus pergi atau tidak.

"Kirey?"

Aku menatap sosok gadis dengan kacamata tebal datang menghampiriku, aku masih menatapnya. Gadis ini terasa cukup familiar, aku menatapnya. "Ada apa?"

"Aku Vira, kamu tidak ingat?"

"Vira?" ulangku, gadis itu mengangguk. Entah ingatanku yang hanya kebanyakan Short term memory atau ingatan jangka pendek. Atau memang aku yang tidak kenal dengan gadis ini, tapi aku benar-benar tidak ingat sama-sekali siapa gadis ini. Begitu aku hendak bertanya lagi, tiba-tiba aku ingat. "Eh Vira? Kenapa?" ujarku. Akhirnya aku ingat, gadis ini adalah sahabatku sendiri sejak mulai dari semester pertama kuliah di sini. Namun karena sibuk beberapa bulan ini, kami sepertinya lost kontak sehingga aku bisa melupakannya. Selain itu, beberapa bulan ini juga aku sering mengikuti lomba meskipun sudah tingkah akhir.

"Akhirnya penyakitmu tidak kambuh lagi Na hahaha, aku sudah menduga kau lupa denganku. Padahal kita hanya tidak berjumpa 3 bulan saja!"

Aku menggaruk kepalaku yang sedikit gatal, Vira tau akan penyakitku satu itu. Penyakit sering lupa nama orang. Bahkan, aku sering salah mengingat nama Vira selama duduk di tahun pertama. Namun gadis ini tidak pernah marah ketika aku salah memanggil namanya. "Kau masih ingat juga ternyata!"

"Bagaimana bisa aku lupa dengan semua kebiasaanmu Na? Astaga, kau ini ada-ada saja!"

"Eh ada apa?" tanyaku lagi pada Vira.

"Apa kamu sudah ketemu tempat penelitianmu?"

Aku mengangguk, "Aku di Ramberg!" seruku, namun bukan hanya aku saja. Tapi juga dengan Vira. Aku menatap Vira dengan kening yang berkerut, gadis itu juga sama.

"Tunggu dulu, jangan bilang kita sama!" seruku sembari menatapnya dengan tatapan senang, terkejut dan juga bingung. Setahuku, hanya aku saja yang bersedia pergi ke sana. Itupun karena Edward mau menemaniku. Jika Edward menolak permintaanku sebelumnya, kemungkinan aku akan mencari lokasi lain yang lebih aman.

"Iya, aku juga akan penelitian di sana!"

"Akhirnya, aku punya teman selain Edward juga" seruku girang dan langsung memeluk Vira. Gadis itu juga membalas pelukanku dan tersenyum senang.

"Kirey!"

Mendengar ada suara asing yang memanggilku, aku melepaskan pelukan hangat kami tadi. Aku berbalik badan dan menatap siapa yang mendekat ke arahku. Dia Harry, aku menatapnya dengan tajam. Masih kesal karena semalam, sebelum lelaki itu meninggalkan rumah. Dia masih sempat-sempatnya untuk memukul kepalaku. Aku paling tidak suka ada yang memukul kepalaku, entah kenapa dan sejak kapan. Tapi aku sensitif jika sudah bersangkutan dengan bagian kepala. "Ada apa?" ujarku begitu Harry duduk di depanku dan juga Vira. Aku menatap Vira yang memperhatikan Harry sejak tadi, seolah terkagum dengan Harry. Aku menyikut lengan Vira, gadis itu hanya memasang cengirannya padaku.

"Aku dengar kau akan penelitian di Ramberg, apa itu benar?"

Aku mengangguk, lalu menatap Harry yang menghela nafasnya. "Ada apa? Kau tidak perlu ikut denganku Harry, urus saja kuliah doktermu itu. Agar kau lekas tamat dan bisa berguna bagi manusia!"

"Ck, kau ini selalu saja sama! Aku hanya mengkhawatirkanmu dan juga Edward, kau tau kan desa itu sedikit berbahaya dan masih terkenal banyak hal mistis di sana. Ini, bacalah sebentar!"

The Spesial Bride of DragonWhere stories live. Discover now