80 ~ Acara Pemakaman Aragon

65 16 5
                                    

25 Agustus 2021 

Angin berhembus kencang di Rivendell, hujan membasahi setiap jengkal tanah indah bak kepingan surga itu. Setiap klan elf berkumpul, menatap sosok yang di selimuti kabut putih sedang terbaring di atas bebatuan tepat di atas tebing tertinggi klan itu. Suasana duka sangat terasa, Lebolas masih berdiri di sebelah Aragon, meneteskan air mata mereka. Jubah putih mereka tergantikan dengan jubah hitam. Angin membuat bunga-bunga berguguran.

Aku sudah sadar sejak beberapa menit lalu, dan segera memaksa Harry untuk membawaku ke acara pemakaman ini. Air mataku sudah membanjiri wajahku begitu tahu Aragon pergi hanya karena menahan kekuatanku dan segel itu. Sebentar lagi, upacara pemakaman akan dimulai dan aku masih tidak bisa berhenti menangis. Dadaku kembali terasa sesak karena tidak berhenti menangis. Pakaianku sudah berganti dengan jubah hitam.

"Tidak usah sedih, Kirey. Aragon tidak pernah menyalahkan siapapun karena hal ini, ini sudah jalan yang terbaik yang dia pilih!" Edward menghampiriku setelah tadi dia ikut membantu Lebolas dan yang lainnya mempersiapkan acara pemakaman.

Aku menangis keras, tidak kuasa untuk menahannya lagi. "Ak—aku tidak bisa melihat orang yang aku sayang pergi dengan cara seperti ini, Ed. A...aku takut!" isakku dengan suara yang semakin serak.

Edward lekas memelukku, Harry ikut mengelus punggungku. Memberikan dukungan. Tapi, rasanya aku tidak sanggup untuk menerima semua ini. Aku sudah menjalani beberapa hari di Rivendel ini, dan Aragon adalah orang tua yang begitu baik. Melihat dia harus pergi karena ulahku, membuat dadaku terasa sesak. Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri. Tidak seharusnya hal ini terjadi, seandainya...seandainya saja aku tahu lebih dulu apa yang akan mereka lakukan padaku. Mungkin aku akan menahannya dan tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Ini tidak bisa aku terima, kehilangan adalah hal yang paling membuatku lemah.

"Aku tahu perasaanmu, Na. Tapi...."

Aku menggeleng, lalu melepaskan pelukan Edward. Bibirku gemetar hebat, tapi aku menggigitnya untuk menahan raunganku. Tanpa menungguku, Edward lebih dulu membawaku kembali dan mengelus punggungku. Sepertinya dia juga ikut meneteskan air matanya, aku merasakan bahuku yang basah.

"Aku tahu Na, tidak ada yang terima dengan ini semua. Tapi, ini adalah hal yang harus kita jalani. Kau tidak sendiri, kami semua disini untuk melindungimu dan berjuang bersamamu. Kita sudah hampir berada di akhir, jangan menyerah Na. Aku mohon padamu!" isak Edward, membelai wajahku.

Kepalaku menunduk, menghapus jejak air mataku yang masih mengalir dengan deras. Lalu menganggukkan kepala pada Edward, aku tahu dari awal, sejak aku mulai menerima takdirku sebagai putri sosok itu, kehilangan memang sudah dekat padaku. Aku menatap Edward dengan nafas yang masih tidak stabil. "Maaf Ed, aku juga tidak bermaksud untuk membuatmu sedih karena aku. Aku hanya tidak ingin kehilangan kalian, termasuk kau!"

"Tidak apa, kemarilah, aku ingin memelukmu lagi!" seru Edward yang sudah menghapus air matanya.

Aku memasuki pelukan hangat Edward, lalu memejamkan mataku.

Setelah merasa baikan, dan karena acara pemakaman sudah dimulai. Aku, Edward beserta Harry ikut menuju tebing. Semua klan elf berada di sana, hujan masih mengguyur kami. Membuat semua klan elf itu mengenakan tudung dari jubah mereka. Travold sudah kembali, dia juga ikut menyiapkan acara pemakaman bersama dengan Jack, juga Mike.

Karena kaki dan badanku masih terasa lemah dan sakit, aku duduk di salah satu batu yang disediakan oleh Jack. Travold berjalan menghampiriku, memelukku dan mencium keningku.

"Are you okay hmm?"

Aku mengangguk lemah, menatap ke arah Edward yang berdiri di antara Lord Jaballah, Lebolas dan Zuriq. Tidak hanya klan elf saja yang datang, tapi juga dengan para Hobbit itu.

Lebolas mengambil alih sebuah jubah putih bersih, seputih kapas, tubuh Aragon semakin di selimuti kabut putih itu. Hampir memenuhi semua tubuhnya, bahkan sekarang hanya terlihat kepala Aragon saja. Wajahnya terlihat tersenyum, hal itu semakin membuatku merasa terpukul. Hingga tidak sadar, air mataku kembali menetes begitu melihat wajah tua itu.

"Kirey, sayang, jangan menangis okey?"

Sentuhan Travold kembali membuatku sadar, aku mengangguk dan menatapnya. Dia mengelus tanganku dan menyalurkan rasa hangatnya.

"Aragon, penetua dari klan elf yang sudah memilih untuk memberikan nyawanya pada sosok yang berharga. Aragon yang bijak, sosok yang selama ini kita kenal sebagai sosok yang bijak dalam memberikan pilihan. Aragon, sosok yang sudah kita anggap sebagai sosok penting. Aragon, ayahku yang tidak pernah mengingkari janjinya, sosok yang memberiku pelajaran untuk hidup. Sosok yang memberiku semangat untuk memimpin klan ini. Aku...."

Lebolas berhenti mengucapkan kata-katanya, dia terisak dan menutup wajahnya dengan tudungnya. Aku...tidak hanya aku, tapi hampir semua yang berada di sini ikut meneteskan air matanya. Travold mengelus tanganku. Setelah beberapa menit menunggu, Lebolas kembali melanjutkan kata-kata terakhirnya dan berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri.

"Aragon, sosok Agung dari klan elf sudah menyelesaikan tugas akhirnya untuk menjaga keseimbangan alam Rivendell. Sekarang sudah tiba saatnya dia pergi, bersama dengan klan leluhur kita!"

Begitu Lebolas selesai, dia meletakkan jubah seputih kapas itu di atas tubuh Aragon. Suara nyanyian merdu lekas terdengar, semua klan elf dan klan Hobbit itu mengumandangkan nyanyian itu. Aku sampai merinding mendengarnya, hatiku tersentuh. Ini adalah lagu paling sedih yang pernah aku rasakan.

Perlahan, tubuh Aragon mulai terbang ke atas di bawa oleh kabut itu. Tubuh itu menghilang di bawa oleh angin yang berhembus. Aku memejamkan mataku, air mataku kembali menetes melihat kepergian Aragon. Bunga-bunga beterbangan mengikuti kemana arah Aragon menghilang. Pohon yang ada di atas tebing itu, ikut menggugurkan daunnya.

"Dia sudah pergi!" bisikku pelan dengan suara yang masih serah.

"Kirey!" seru Travold panik

Aku menatap Travold yang lekas membantuku duduk dan menahan tubuhku, badanku memang masih terlalu lemah untuk ikut di acara pemakaman ini. Harry juga ikut mendekatiku dan Travold.

"Dia masih lemah, Trav. Bawa dia kembali menuju para tabib, dia tidak akan bisa bertahan lama di sini!" seru Harry

Travold mengangguk dan lekas membawaku pergi. 

Jadi, gimana? Apa ada yang ikutan sedih atau biasa aja hehehe? Jangan lupa Comennya. 

The Spesial Bride of DragonDonde viven las historias. Descúbrelo ahora