17 ~ TAMUS

102 36 1
                                    

Minggu, 10 Juli 2021

Satu hal yang pasti bahwa, aku benci untuk dipermainkan oleh orang-orang. Apalagi membohongiku dan ingin memanfaatkanku. Satu kesalahan dari manusia yang tidak pernah aku maafkan. "Tunggu apa lagi? Kenapa diam?" aku menatap Travold.

Sejak beberapa menit yang lalu, dia tidak bergerak barang sedikitpun. Lebih tepatnya saat aku memerintah iguanaku ini untuk bali menyerang si mata merah itu. Tidak lama setelah aku meneriaki Travold, dia lekas bergerak dengan cepat. Menyerang pasukan si mata merah itu, sebagian dari mereka kabur dari serangan iguanaku dan tidak kelihatan lagi. Aku merasakan iguana ini yang terlihat begitu bersemangat untuk memukul mundur si mata merah itu. Entah mahluk apa mereka, yang pasti ketika mereka berubah menjadi makhluk besar dengan badan penuh bulu dan satu lagi. Bŏkong mereka yang berwarna merah. Si mata merah yang tadi aku banting dengan iguanaku juga lekas berubah dan memasuki kawasan hutan lembab itu. Dan menghilang setelah berteriak marah pada kami.

Aku lekas turun dari iguana, membantu Logan yang terlihat kehilangan kesadaran. Namun, aku merasakan ada pergerakan lain di sekitar kami. Edward menyuruhku untuk tidak bergerak, aku berdiri dengan perasaan was-was. Namun aku seolah merasa bahwa pergerakan itu bukanlah sebuah bencana. Karena iguanaku tidak merasa terancam, insting binatang jauh lebih tinggi daripada kami. Itu sebabnya aku berjalan mendekat ke arah semak belukar. Dan begitu aku berada di depannya, aku terkejut mendapat tatapan hijau biru laut yang tertuju padaku.

Iguanaku yang tadi ada di belakang segera menghampiriku dengan senang, dia memasuki semak belukar itu. Dan tidak lama, muncullah beberapa makhluk seperti iguanaku itu dari semak belukar itu. Iguana yang tadi kami tunggangi terlihat begitu senang bertemu dengan temannya yang lain. Ada 3 ekor iguana dengan ukuran yang hampir sama besar dengan iguana pertama kami. Mereka terlihat bermain-main di semak belukar. Aku berjalan mendekati mereka, iguanaku tadi lekas mendekat padaku. Dia seolah ingin menyampaikan sesuatu. Aku menyatukan kembali kening kami, dan begitu aku tahu apa yang ingin dia sampaikan. Aku langsung tersenyum lebar dan mengangguk setuju. Lepas itu, iguanaku memanggil temannya yang lain. Mereka juga menundukkan kepala mereka padaku, aku menempelkan keningku pada mereka bertiga. Mereka terlihat senang dan sudah langsung bermain di tanah.

"Baru kali ini aku melihat mereka akrab dengan manusia bumi!"

"Kirey, awas!" teriak Edward yang segera berlari dan berdiri di depanku. Aku menatap sosok di depan kami yang terlihat was-was. Ketiga sosok iguana tadi menatapku, menundukkan kepala mereka lagi. Aku mengangguk, lalu melepas mereka bertiga bermain dengan iguanaku tadi.

"Dia adalah tuan ketiga iguana tadi Ed, dia tidak berbahaya!" aku menahan Ed yang hendak menyerang sosok itu

"Kau benar, aku baru pertama kali melihat ada yang bisa berkomunikasi dengan mereka. Kau hebat sekali, ah, perkenalkan, aku Tamus!"

Perkenalan singkat kami berakhir dengan api unggun, kami menghabiskan waktu yang banyak untuk menyerâng klan si mata merah yang ternyata adalah sejenis Beruk Barbar. Mereka adalah sejenis klan monyet namun dengan ukuran besar. Aku bahkan baru tahu itu dari Tamus, dia bilang, kawasan yang sekarang kami tempati ini dihuni oleh si mata merah. Itu membuat hutan ini tidak berpenghuni dan gelap. Tidak ada binatang lain yang ingin menginjakkan kaki di hutan ini karena akan langsung diserang oleh mereka. Ajaibnya mereka, klan itu bisa berubah menjadi sosok manusia sempurna.

"Lihatlah Kirey, dia itu masih terlihat mencurigakan. Dia berbicara dengan iguana kita, seperti apa yang kau lakukan. Apa kau pikir dia itu ingin merebut iguana kita?" Harry yang sudah lebih baikan mendekatiku yang hanya duduk sembari menatap 4 iguana itu sedang lesehan di semak belukar.

Tamus bilang bahwa mereka datang karena mendengar cicitan yang memang dikeluarkan oleh iguanaku tadi saat menyerang si mata merah. Cicitan itu membuat iguana lainnya segera datang. Namun kami lebih dulu memukul mundur si mata merah sebelum mereka datang. Telat beberapa menit.

The Spesial Bride of DragonWhere stories live. Discover now