90 ~ Pheonix

78 17 3
                                    

Kireyna POV

Selagi sosok yang dimaksud oleh Helga belum tiba, aku menyempatkan diri untuk mengelilingi tempat ini. Aku baru sadar kenapa Helga bilang aku dan Edward terlalu mencolok. Rambutku yang aku tutupi dengan tudung sudah sepenuhnya memutih. Padahal, aku masih ingat jika tadi pagi, ketika aku pergi ke kampus. Rambutku masih ada sebagian yang hitam. Sementara Edward, dia memiliki warna kulit yang putih pucat. Jadi sangat terlihat berbeda daripada kulit manusia pada umumnya.

Aku berjalan keluar, tidak lupa dengan jubah yang selalu aku kenakan. Tempat ini memang benar-benar berbeda. Apa mungkin para penyihir putih itu membuat dunia lain yang hanya bisa dilihat oleh mereka? Nyatanya, ketika aku membuka ponselku dan melacak lokasi kami, sama-sekali tidak terdaftar di google maps.

Aku terus berjalan, ada beberapa orang yang melewati lorong sepi ini dan tersenyum padaku. Tampilanku tidak berbeda jauh dari mereka. Rambut mereka juga putih dan panjang. Apa mungkin, aku adalah seorang penyihir putih juga?

Aku melewati lorong yang begitu panjang tadi, dan begitu aku tiba di ujung lorong dan menatap ada apa di sana. Mataku langsung disuguhi dengan keramaian yang tidak aku duga sebelumnya. Ini bukan keramaian seperti di kota pada umumnya. Tempat ini memiliki bangunan berbentuk kerucut di atasnya, orang-orang yang berlalu lalang memiliki rambut berwarna putih dengan telinga runcing. Aku bahkan sampai tidak percaya dengan apa yang aku lihat di depanku. Beberapa dari mereka, yang sudah terlihat tua, juga memiliki janggut panjang yang sampai ke dadanya. Aku melangkah memasuki keramaian itu, dan menatap bahwa lorong yang tadi aku lewati sepertinya hanyalah jalan pintas yang tidak diketahui semua orang.

Wahh, aku berdecak kagum. Tidak percaya dengan apa yang sekarang aku lihat. Tepat di depanku, banyak para wanita tua, muda, bahkan pemuda yang memiliki rambut panjang berwarna putih, sepertiku.

"Hey, jangan menghalangi jalan, anak muda!"

"Ahhh, maaf sir!" seruku dan lekas menghindar

Sosok lelaki tua itu mengangguk dan lekas melintas. Aku kembali melangkahkan kakiku dan mengikuti kemana arah jalan itu. Toko-toko di sepanjang jalan sangat ramai, beberapa anak-anak ternyata ada juga yang berlarian kesana kemari. Aku tersenyum, baru kali ini aku menyukai keramaian seperti ini.

"Pemeriksaaan kartu identitas, persiapkan diri kalian"

Ketika aku sedang fokus menatap ke sebuah hewan kecil yang menarik perhatianku, suara itu tiba-tiba saja mengalihkan perhatianku dari hewan tadi. Suara itu berasal dari sosok lelaki yang duduk di atas kuda. Rambutnya panjang dan pakaiannya terlihat lebih berkelas daripada orang-orang yang berlalu lalang. Aku seketika panik, tatapan kami sempat bertemu. Melihat itu aku buru-buru memasuki salah satu toko. Menilik dari balik kaca, di belakang sosok berkuda tadi, aku melihat ada beberapa orang yang memeriksa. Aku semakin panik, apa yang harus aku lakukan sekarang?

"Masuklah kedalam jika kamu tidak membawa kartu identitasmu, mereka tidak akan memeriksa seseorang jika sedang berada di dalam tokoku."

Aku terkejut ketika tiba-tiba mendengar suara itu, dan lekas berbalik. Tatapanku tertuju pada sosok lelaki paruh baya dengan rambut putih yang sedang duduk di atas kursi tinggi sembari membaca sebuah buku tebal yang terletak di atas meja. Sosok tua itu memakai kacamata kecil bulat, membuat tampilannya seperti kutu buku yang memiliki banyak pengetahuan.

"Tetapi, jika kau berdiri di sana. Mereka akan melihatmu dan akan mempertanyakan identitasmu, gadis muda!"

"Dimana identitasmu!"

Aku terkejut melihat teriakan dari luar, mataku kembali menilik sosok berkuda itu berhenti dan menatap sosok lelaki yang kira-kira berusia 40-an. Tidak ada pilihan lain, aku lekas memasuki toko itu dan bersembunyi di bawah meja, tepat di bawah tempat lelaki tua itu membaca bukunya.

The Spesial Bride of DragonWhere stories live. Discover now