10 ~ TRAVOLD

118 37 0
                                    

Rabu, 07 Juli 2021

Aku merasakan tepukan ringan di wajahku, dengan perlahan aku membuka mata. Begitu aku membuka mata, aku langsung disuguhi wajah Edward yang terlihat legah melihatku sadarkan diri. Saudaraku itu membantuku untuk duduk, perutku terasa mual begitu aku sadar apa yang terjadi beberapa menit yang lalu. Beruntung Harry sigap dan memijat pangkal tanganku. Aku bisa menahan rasa mualku, lalu perlahan aku mulai bisa rileks. Aku berdiri, lalu menatap dimana kami sekarang berada. Aku menutup mataku, membukanya lagi. Ini bukan mimpi.

"Ini bukan mimpi Kirey, ini adalah tempat yang aku ceritakan padamu. Bagaimana? Indah bukan?"

Seolah tau apa yang sedang aku pikirkan, Harry sudah lebih dulu menjawabnya. Aku bahkan tidak menoleh untuk sekedar menatap Harry. Aku terpesona dengan apa yang ada di depanku, pegunungan yang membentang di depanku. Ditambah dengan hamparan padang hijau yang ditumbuhi dengan bunga-bunga bermekaran. Aku tidak bisa memejamkan mataku barang untuk sedetikpun. Ini benar-benar indah sekali, dan aku sudah jatuh cinta dengan tempat ini. Aku seolah bisa merasakan aura alam yang lebih kuat dari apa yang aku rasakan di desa Ramberg.

"Ini seperti disurga, aku tidak bisa berkata-kata!" lanjut Harry. Kali ini aku sudah teralih dari keterpanaanku dari pemandangan di depanku.

"Aku setuju, ini benar-benar seperti bukan tempat. Ini terlalu indah dan sangat-sangat membuatku nyaman!"

"Kau benar, rasanya aku ingin tetap berada di sini!" ujar Harry sembari menatap ke depan yang membuatku kembali menatap kedepan. Sejauh mata memandang, hamparan indah ini memanjakan mata. Aku memejamkan mata, menikmati semilir angin segar yang begitu segar ketika menyentuh kulitku.

"Aku tidak mendapatkan apa-apa, setidaknya kita bisa makan ini untuk hari ini!"

Begitu mendengar suara, aku membuka mataku yang tadi terpejam. Aku terdiam kaku menatap sosok dengan kulit putih itu sudah berdiri tidak jauh dariku. Tubuhnya tinggi tegap dengan rambut pirang yang menutupi sebagian matanya. Dia menatap ke arahku, tatapan kami seolah terkunci. Aku bisa melihat bola matanya yang indah. Harry yang ada di sebelahku, menyenggol lenganku.

"Kau menatapnya lebih dari 20 detik Na, ada apa dengan dia? Jangan bilang kau terpesona dengan pandangan pertama kalian!" bisik Harry dengan suara sepelan mungkin.

Aku juga baru sadar, untuk pertama kalinya aku melihat seseorang dengan selama ini. Aku lalu menatap Harry yang masih meminta jawabanku. Aku menaikkan bahuku, bingung harus menjawab apa. "Aku hanya merasa pernah melihatnya, tapi aku lupa!" alibiku. Setidaknya agar Harry tidak terus menatapku dengan tatapan mengintimidasinya.

"Kau memang memiliki sistem ingatan short memory Kirey, aku sudah menduganya lebih dulu. Kau pasti tidak akan mengenal dia tadi!" jelas Harry.

"Aku tau Harry, dan seharusnya kau membuat penelitian yang mengembangkan sistem otak agar orang-orang seperti aku bisa memiliki sistem long memory. Bukannya malah menghujâtku dengan tatapan menyebalkanmu itu!"

"Aku tidak menghujâtmu, kau saja yang terlalu berprasangka buruk terhadapku!"

Aku menaikkan bahuku tidak peduli, aku baru ingat bahwa lelaki itulah yang menggendongku tiba-tiba saat penduduk desa itu mengejar kami. Sepertinya aku harus berterima kasih dengannya, namun melihat wajah dinginnya. Aku jadi mengurungkan niatku, rasanya dia seperti Logan. Namun Logan terlihat lebih ramah daripada sosok itu. Edward mengajakku untuk bergabung dengan mereka yang sudah mulai menyalakan api.

"Kita sedang berada di dunia Lofoten yang sebenarnya, ini adalah dunia paralel terindah yang pernah ada. Dan kita berada di dimensi lain, kita tidak berada di bumi. Dan tempat yang sedang kita tempati saat ini bernama Lekness. Jika tidak salah, tempat ini adalah wilayah kekuasaan dari para klan werewolf. Kita masih aman jika berada di wilayah mereka, setidaknya aman jika para rogue—kaum werewolf yang berkhianat—tidak menemukan keberadaan kita!" jelas sosok itu.

The Spesial Bride of DragonWhere stories live. Discover now