88 ~ Si Penyihir Putih

66 17 12
                                    

01 September 2021 

Paginya aku bangun lebih awal, jujur, aku tidak pernah bangun dengan perasaan senyaman dan sebugar sekarang ini. Aku menatap Edward dan ruangan yang sedang aku tempati saat ini, begitu menyadari bahwa aku masih berada di kamarku, perasaanku lekas legah. Edward masih tidur, sepertinya dia kelelahan dengan petualangan kami selama ini. Bahkan, ketika aku sudah menutup hidungnya agar dia terbangun,sama-sekali tidak ada pergerakan dan tanda-tanda Edward untuk bangun. Dia terlihat seperti baru merasakan kenikmatan dari tidur. Aku membiarkan Edward dengan tidur pulasnya, lalu menilik dari jendela kamar ke arah luar. Masih sepi dan tidak banyak orang yang beraktifitas, hanya beberapa yang terlihat lari-lari di sekitar perumahan. Sepertinya, aku tertarik untuk mengitari kompleks, dan melakukan kegiatan seperti normalnya.

Aku turun dari kamar, melihat mama yang ternyata sudah bangun. Aku tersenyum sembari memeluknya.

"Sudah bangun hmm?"

Pertanyaan mama terabaikan olehku, aku hanya memeluk mama dan meletakkan daguku di atas bahunya. Aku juga baru sadar bahwa sekarang tinggiku sudah lebih dari kemarin. Aku mencium pipi mama dan melepaskan pelukanku.

"Aku ingin olahraga pagi dulu ma, badanku sudah terasa lebih baik! Aku hanya mengitari kompleks rumah!"

"Baiklah, hati-hati sayang, don't put yourself in trouble, okay?"

"Ya maa!" teriakku dari luar dan bergegas mengambil sepedaku yang ternyata masih berada di garasi. Aku lekas mengayuhnya dan melewati gerbang rumah yang sama-sekali tidak berubah. Matahari masih belum memunculkan wujudnya dengan penuh, udara masih terasa dingin namun segar. Ahhh, sudah lama sekali rasanya aku tidak merasakan udara sedingin ini, apa mungkin sebentar lagi akan turun badai, atau sudah waktunya musim salju? Beberapa orang yang berlari melihat ke arahku, apa mungkin mereka tidak ingat lagi denganku atau memang mereka mengira aku orang baru? Aku mengabaikannya dan mengayuh sepedaku terus.

Ternyata beberapa jalan sudah berubah, aku tidak lagi menemukan jalan pintas menuju kampus, lebih tepatnya jalan yang mengarahkanku pada café dulu—saat terjadi penyerangan—aku merasa aneh dengan itu. Apa hanya jalan itu yang berubah atau memang dari awal tidak ada? Karena sama-sekali tidak melihat jalan itu, aku putar balik menuju taman kota.

Matahari sudah mulai bersinar dan menyinari bumi. Aku tersenyum sembari memejamkan mataku. Aku melewati taman kota dan tiba di depan kampus, meskipun aku tidak cuci muka, tapi tetap saja aku tidak peduli apa kata orang. Aku meletakkan sepedaku di parkiran kampus khusus sepeda, berjalan memasuki gedung kelasku dulu. Setahun 9 bulan, mungkin namaku tidak akan terdaftar sebagai daftar lulusan di universitas ini. Bahkan, kemungkinan yang sekarang sedang aku pikirkan adalah, namaku terdaftar sebagai mahasiswa hilang di penelitian. Aku yakin dengan hal itu.

Lihat, beberapa tatapan tertuju padaku. Namun aku terus melangkah, melewati lautan tatapan mata penasaran itu, hingga akhirnya tiba di lokerku dulu. Aku menatap susunan loker yang sama-sekali tidak berubah, loker memang akan menjadi hak milik pribadi kami. Dan selama kami belum menyerahkan loker ini, jadi pihak kampus tidak bisa melakukan tindakan apapun. Aku mengambil kunci dari sakuku, semalam Edward membantuku untuk mencari kunci ini. Lokerku terbuka dan debu yang cukup tebal menyambut penglihatanku.

Well, aku rasa itu wajar.

"Kireyna?"

Tanganku yang hampir saja memasuki loker terhenti dan menatap ke arah samping. Mataku terkejut ketika mendapati sosok wanita dengan mata bulat sipit yang juga menatapku dengan tatapan tidak percaya.

"Vira...."

"Na!"

Hampir saja aku terjungkal ke belakang karena tidak siap dengan pelukan tiba-tiba dari Vira—sahabatku dulu. Aku balas memeluknya, dan punggungku yang terasa basah membuatku lekas melepaskan pelukan Vira dan menatap matanya. Jika dulu aku selalu lupa dengan nama orang, kali ini tidak lagi. Dia lekas menghapus jejak air mata di wajahnya, lalu menatapku dengan senyuman lebarnya. Aku menatap sekitar, banyak tatapan yang sedang mencuri pandang ke arah kami. Aku lekas mengambil sesuatu dari dalam lokerku dan mengajak Vira untuk mencari tempat yang lebih nyaman.

The Spesial Bride of DragonWhere stories live. Discover now