76 ~ Arkasia

72 18 3
                                    

Rasanya sedikit canggung, aku dan Travold kembali ke tebing tadi setelah kejadian itu. Dia terlihat gugup juga. Wajahku pasti semerah tomat tadi, aishhh, seharusnya aku tidak seperti ini.

"Trav"

"Kirey"

Kami saling menatap satu sama lain. Aku mengalihkan perhatianku dan menatap ke depan. "kau duluan!" seruku

Helaan nafas dari Travold terdengar, aku ingin sekali melihat ekspresi wajah tampan Travold. Tapi aku tidak bisa, aku bisa saja mempermalukan diriku sendiri nantinya. Wajahku mudah sekali memerah ketika malu dan canggung, seperti sekarang ini. Terlebih ketika mengingat hal tadi. Aku menggelengkan kepala, berharap Travold tidak menyadari pemikiran anehku ini.

Tapi, aku tidak bisa untuk tidak melihat ke arah Travold ketika dia mengambil tanganku. Sekarang, perhatianku sudah tertuju padanya. Dia menatapku dengan dalam, entah perasaanku saja atau tidak, tapi semenjak tadi. Aku merasakan aura Travold semakin kuat dan dia juga semakin bertambah putih dan tampan? Lagi-lagi aku menggelengkan kepala, bisa-bisanya aku memuji ketampanan Travold yang memang sudah sejak awal menarik perhatianku.

"Maaf jika aku melukaimu tadi, sejujurnya, aku juga tidak tahu aku ini dari klan mana. Aku hanya menerima tugas yang mereka berikan padaku dan mengikuti semua perkataan mereka. Tapi tadi, aku memang ingin menunjukkan sesuatu padamu di tebing ini. Karena tebing ini memang berada di klan para elf itu. Tapi entah kenapa si tua bangka itu tiba-tiba datang dan membuat diriku berada di luar kendali. Aku tidak tahu kenapa tubuhku tiba-tiba saja bisa berubah menjadi hewan legendaris itu. Karena sejujurnya, aku pun tidak pernah melihatnya."

"Apa kau tahu bahwa selama ini kau tidak punya keluarga, Trav?" aku menatap Travold dengan nada yang sedikit pelan, berharap dia tidak akan tersinggung dengan perkataanku tadi.

"Aku tahu, dan menyadari hal itu."

Perhatianku tertuju pada Travold, lebih tepatnya tertuju pada cahaya dari cincin yang masih berada di tangannya. Aku menggenggam tangan Travold, memberikan kehangatan padanya, aku sekarang tahu seperti apa perasaan Travold.

"Terima kasih, aku pikir kau akan marah padaku karena aku tiba-tiba menciummu tadi!"

Damn—aku merasakan detak jantungku tiba-tiba berpacu begitu saja ketika Travold menyinggung soal tadi. Wajahku kembali memanas, dan aku rasa Travold melihat semuanya. Dia mengelus wajahku dengan senyuman memikat yang terus mengunci perhatianku. Dia memelukku lagi, lalu mencium keningku. Dan, untuk alasan yang tidak aku ketahui, aku menerima semua perbuatan Travold padaku.

Kami saling menatap. Lagi. Entah dorongan dari mana, aku menarik leher Travold mendekat, dan bibirku sudah mencium benda kenyal itu lagi. Kali ini, aku tidak terkejut dan malah menikmatinya. Rasanya berjuta kupu-kupu terbang di perutku, ada perasaan senang ketika akhirnya kami melakukan hal ini tanpa keadaan paksaan. Aku menatap Travold, lalu melepaskan ciuman kami. Wajahnya memerah, membuatku terkekeh dan menyentil hidung mancungnya pelan.

"Apa kau pernah menyukai perempuan?" seruku

Travold mengangguk, dan itu malah membuatku merasa tidak suka.

"Siapa?" seruku, sedikit ketus

"Aku tidak tahu ini sejak kapan, dan aku tidak tahu apakah aku bersalah atau tidak. Karena sejak pertama kali membawamu ke dimensi ini dan memulai perjalanan denganmu, aku...aku merasa dadaku bergetar. Entah itu kenapa, aku sama-sekali tidak tahu. Tapi, ketika bersamamu, aku merasakan hal itu, Kirey. Aku—aku menyukaimu!"

Deg—jantungku berpacu dua kali lebih cepat, Travold sudah mengalihkan perhatiannya ke depan. Wajahnya memerah dan dia terlihat gugup. Aku tersenyum senang, entah karena pengakuan Travold barusan atau karena aku juga merasakan hal yang sama? Yang aku tahu, dan alasan aku menolak Jaafar adalah karena Travold juga. Aku pikir, perasaanku hanya bertepuk sebelah tangan saja, nyatanya, Travold juga menyukaiku.

The Spesial Bride of DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang