Part 35 -Gak Ada Surat?-

178 17 2
                                    

Ketika hati tergores, saat itu juga air mata menetes. Ingin rasanya protes, mengapa tambatan hati ini tak kunjung beres?
.
.
.
.
.
Hai semwahh 👋
Makasih udah vote di part sebelumnya ❤️❤️

HAPPY READING SODARA-SODARA ✨

"CALISTA ...."

Calista terlonjak kaget, sedari tadi ia melamun memikirkan hal-hal yang mengganjal di hati dan pikirannya.

"Apaan, sih, lo," ketusnya.

"Awas kesambet setan lantai sembilan lo. Entar diajak bunuh diri jatoh dari balkon baru tau rasa lo," celetuk Marcel bergidik.

"Setan matamu." Calista kembali bergelut dengan pemikirannya.

Puitis, lembut, darah. Kata-kata itu benar-benar terngiang-ngiang dalam pikirannya

"Siapa, sih, lo?" gumamnya dengan pandangan kosong.

Marcel yang mendengar itupun bergidik dan langsung menggeplak kuat lengan kakaknya itu. "Woi, ngomong apaan, sih? Siapa yang siapa, hah? Ini masih Calista, 'kan?" tanyanya panik. Sejujurnya ia sedikit takut.

Gadis itu menoleh ke arah Marcel dan menatapnya tajam. Berjalan mendekat kepada adiknya itu hingga membuat Marcel mundur selangkah.

"KAK, WOI ... SADAR WOII ... MATI GUE, BENERAN KESURUPAN, ANJIR!! serunya ketakutan.

Calista tersenyum miring, lalu mengambil vas bunga yang ada di meja kaca itu dan mengangkatnya tinggi.

"CALISTA!!" teriak Marcel sambil mencoba meraih vas bunga itu.

Namun Calista mengelak dan tertawa kencang. Marcel semakin takut dan panik. Laki-laki itu berdoa, "Tuhan, hilangkan setan dari dalam tubuh manusia ini."

"Gue bercanda kali, Monyet. Makanya lo jangan ganggu gue. Gue lagi banyak pikiran," balas Calista terkekeh kecil.

"Anak babik kayak gini emang," balas Marcel mendengus, "tapi bener juga, sih, mana ada setan yang mau merasuki setan." Ia berjalan masuk ke dalam.

Calista meletakkan kembali vas bunga itu di atas meja. "Maksud lo, gue setan, gitu?" Ia menyusul adiknya.

"Lo yang bilang, bukan gue," pungkas Marcel sekenanya.

"Serah, deh, ya, males gue ngeladenin lo. Gue mau ke kamar dulu. Jangan lupa makan malam lo. Yang tadi siang gue masak, udah gue panasin." Gadis itu berjalan menuju kamarnya.

Memang sepulang diantar Gerald tadi, Calista memasak makan siang untuk mereka berdua agar Marcel tidak pesan online lagi.

"Eh, tapi, Kak ...."

Calista memberhentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. "Ape?"

"Lo mikirin apa? Ada masalah sama sekolah? Perlu mama, papa tau?"

Yakali mama, papa harus tau. Bisa-bisa dipindahin sekolah gue, batinnya.

"Gak ada apa-apa, cuma sekedar tentang pelajaran doang. Gak lama lagi gue bakal ujian semester," alibi gadis itu.

"Oh, okey." Untung saja Marcel percaya.

CALISTA [COMPLETED]Where stories live. Discover now