Part 64 -Percobaan yang Gagal-

199 18 4
                                    

Perasaan ini nyata. Aku benar-benar yakin dalam menaruh rasa dan membuka hati untuk kamu yang berjuang dengan penuh usaha. Terimakasih selalu ada.
.
.
.
.
.
Hai semwahh 👋
Makasih udah vote di part sebelumnya ❤️❤️
HAPPY READING SODARA-SODARA ✨

Seminggu sudah berlalu, tapi keadaannya masih tetap sama. Perasaannya masih tetap ada, tak berubah dan tak pernah berbeda. Tak dapat ia pungkiri bahwa ia masih benar-benar mencintai dan merindukan gadis itu.

Hilang tanpa kabar membuat Gerald susah menjangkau Calista. Walaupun tak lagi terikat, tapi setidaknya masih bisa memantau. Namun kenyataannya berbeda.

Hari Minggu ini Gerald mengurung diri di kamarnya. Menatap foto yang kemarin terletak di atas meja belajarnya membuat hatinya sesak. "Kamu di mana, Cal? Aku kira kamu hanya sekedar pergi dari hubungan ini, tapi ternyata kamu benar-benar pergi dari hidup aku."

Ia mengacak rambutnya gusar. Mau sampai kapan berada dalam keadaan seperti ini? Ingin move on, tapi ia tak sanggup. Semakin mencoba melupakan Calista, semakin gadis itu hadir dalam pikirannya.

Ponselnya berdering menandakan panggilan masuk dan ternyata itu dari Raya. Menghela napas gusar kemudian mengangkat telepon itu. "Tolong jangan ganggu gue satu hari ini aja, gue lagi pengen sendiri. Makasih," ucapnya dan langsung mematikan sambungan itu tanpa menunggu Raya mengucapkan sepatah kata pun.

"Aku kangen kamu, Cal." Setelah pertengkaran itu, Gerald memang sangat  membenci bahkan jijik dengan Calista, namun seiring berjalannya waktu, rasa itu berubah menjadi rasa yang sulit dijelaskan.

Terlintas sebuah tempat di pikiran Gerald. Tempat yang ia dan Calista pernah kunjungi dulu. Ia berharap tempat itu dapat mengobati rasa rindu.

❤️❤️

Laki-laki itu sedang memijit pangkal hidungnya. Walau sudah kurang lebih sepuluh hari kakaknya pergi, tapi ia tak kunjung terbiasa dengan keadaan ini. Kesepian yang ia rasakan. Selama itu pula Alex dan yang lainnya meminta Marcel untuk memberitahukan alasan dan keberadaan Calista.

Beberapa hari yang lalu Selina dan Reno bertelepon di malam hari, Marcel terpaksa berbohong dan berkata bahwa Calista sudah tidur. Jarangnya berkomunikasi antara mereka, membuat Reno dan Selina tak sadar jika nomor telepon Calista sudah tidak aktif.

"Kak, pulang lah ... Lo gak kasihan sama gue?" tanya Marcel kepada Calista via telepon.

"..." Isak tangis Calista terdengar.

"Jangan nangis, lo harus bisa move on. Kembalilah ke Jakarta. Teman-teman lo nyariin lo, masih ada mereka yang sayang sama lo, masih ada gue," bujuk Marcel.

"..."

"Gue gak bisa nahan ini semua sendiri, Kak, teman-teman lo selalu neror gue nyuruh ngasih tau kejadian sebenarnya. Sampe kapan lo mau kayak gini? Gue gak janji untuk selalu bisa menjaga rahasia ini kalo terlalu lama di sana Pikirin itu baik-baik, gue sayang sama lo." Marcel langsung mematikan sambungan telepon itu secara sepihak.

Ingatlah bahwa menyembuhkan luka yang sangat lebar tak secepat yang kita kira. Semua butuh proses, bahkan masa pemulihan pun membutuhkan waktu.

Terdengar suara bel berbunyi. Marcel langsung menoleh ke arah pintu. Sebenarnya ia malas karena sudah pasti yang datang itu adalah Alex atau teman-temannya yang lain.

CALISTA [COMPLETED]Where stories live. Discover now