Part 62 -Pergi-

221 17 3
                                    

Ini sudah terlalu berat. Aku tak sanggup. Aku pergi untuk menyembuhkan hati. Baik-baik di sini. Mungkin aku akan kembali, entah dengan cinta yang abadi atau dengan hati yang mati.
.
.
.
.
.
Hai semwahh 👋
Makasih udah vote di part sebelumnya ❤️❤️
HAPPY READING SODARA-SODARA ✨

"Ada apa dengan hubungan lo dan Gerald?"

Deg

Haruskah Calista menceritakan semuanya? Apa yang akan Alex lakukan jika ia mengetahui bahwa Gerald telah mendua?

Calista menggelengkan kepalanya dan Marcel yang melihat itu, hatinya terenyuh. Sebenarnya Calista itu lemah yang dikuat-kuatkan. Segala cara ia lakukan agar orang lain tak mengetahui masalahnya.

Mau sampai kapan, Kak? batin Marcel menatap Calista sendu.

Marcel? Ia pun hanya tahu tentang perempuan berambut panjang itu, belum tentang Raya dan Nindy. Mungkin jika ia tahu, ia akan melabrak Gerald habis-habisan.

"Gue tau kalo lo bohong," balas Alex dengan menatap mata Calista lamat-lamat.

"Tapi aku gak bohong," sangkalnya.

"Cerita sama gue. Cel, pasti lo tau sesuatu, kan? Lo yang tinggal bareng Calista, harusnya lo tau tentang hubungan mereka," lanjut Alex yang kini menatap Marcel.

Calista menatap Marcel penuh arti, seolah menyuruhnya untuk tidak menyuarakan apapun.

Terdengar helaan napas Marcel. "Gue gak tau apa-apa," alibinya.

Alex berdecak, "ck, sama aja lo berdua, gak ada yang mau jujur." Ia merogoh sakunya karena memang ponselnya sedang berdering.

Menatap nama yang tertera pada layar ponselnya, terukir lengkungan manis di bibirnya. "Mood booster gue telepon, bye lo berdua." Ia berjalan keluar kamar Calista untuk mengangkat telepon itu.

"Idih, bucin," cibir Marcel.

"Cel, gue mau sendiri, lo keluar dulu, ya," pintanya.

Marcel berdehem. "Besok kita pindah ke rumah oma, ya," ucapnya lagi sambil mengusap kepala Calista.

"Iya, udah sana keluar," cetusnya lagi.

"Ya, sabar." Marcel yang tadinya mengusap, kini menjadi mendorong kepala Calista kemudian berlari dari sana.

"Setan," umpat Calista.

Setelah kepergian Marcel, kini Calista sendirian. Ia berjalan keluar menuju balkon kamarnya.

Menghirup udara malam itu dalam-dalam sambil memejamkan mata dan merentangkan tangannya.

"Seandainya gue punya bisa mati sebentar untuk istirahat dari sakitnya hari-hari belakangan ini, gue mau lupain semuanya dan hidup lagi tanpa mengenal Gerald," gumamnya.

Apakah ia menyesal telah mengenal dan menjalin hubungan dengan Gerald? Tidak! Ia tidak menyesal, karena mengenal Gerald juga memberi kehidupannya warna, namun juga ada luka. Jika ia tak bertemu dengan Gerald, mungkin saja ia tidak akan merasakan sakit seperti ini, kan?

"Gue pengen istirahat, gue udah terlalu capek dengan semuanya," lirihnya lagi.

"Udah terlalu banyak air mata yang terbuang akibat kebodohannya. Dia mau dipengaruhi sama cewek lain sampe dia tega mendua dari gue. Lo tega banget sama gue." Ia menyugar surai hitamnya ke belakang.

CALISTA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang