Part 54 -Awal Manis/Awal Pahit-

181 15 8
                                    

Saatnya untuk kembali mengawali hari. Entah itu manis atau pahit, kebahagiaan atau kesedihan, atau bahkan pertemuan yang akan berujung menjadi perpisahan.
.
.
.
.
.
Hai semwahh 👋
Makasih udah vote di part sebelumnya ❤️❤️
HAPPY READING SODARA-SODARA ✨

Setelah beberapa minggu sekolah diliburkan, kini saatnya kembali untuk mengawali hari-hari di semester dua.
Memulai pembelajaran yang bisa dipastikan akan lebih sulit dari semester lalu, menghabiskan waktu bersama teman-teman, dan yang pastinya kembali menginjakkan kaki di sekolah tercinta, Cahaya Bangsa.

Senyuman manis terbit di bibir seorang gadis yang sedang duduk di depan cermin. Seragam Cahaya Bangsa sudah melekat pada tubuhnya. Rambut yang digerai indah dengan sebuah pita kecil di kepalanya yang menambah kesan kecantikannya.

Setelah cukup lama berkutat dengan peralatan kecantikannya, ia berjalan keluar kamar sambil memegang ponselnya hendak menghubungi sang kekasih untuk menjemputnya.

"Dek, gue udah cantik belum sih?" tanyanya kepada Marcel tanpa menoleh.

"Cantik."

Bukan suara Marcel, tapi ia kenal suara itu. Ia mendongak dan menatap Gerald yang ternyata sudah duduk di meja makan bersama Marcel.

"Eh, kak Gerald. Sejak kapan?" tanyanya bingung dan ikut menyusul mereka berdua.

"Sejak seribu empat ratus enam puluh satu hari yang lalu," jawab Marcel ngawur.

Calista memutar bola matanya malas. "Alay banget sih," balasnya sambil memakan sarapannya.

Suka-suka gue lah, batin Marcel. Sengaja ia membatin, karena apabila ia membalas ucapan Calista tadi, hanya akan menciptakan keributan.

"Kalian berdua kan udah sama-sama senior, jadi harus belajar lebih giat lagi," cetus Calista kepada keduanya.

Keduanya hanya diam dan fokus pada sarapannya masing-masing. Ya, Gerald datang sekitar 15 menit yang lalu, dan kebetulan ia belum sarapan, sehingga ia memutuskan untuk menikmati masakan sang pacar.

"Denger gak sih?" tanya Calista lagi.

"Denger sayang," jawab Gerald sambil mencubit pipi Calista pelan.

"Lo denger gak, dek?"

"Denger sayang," jawab Marcel menirukan gaya bicara Gerald.

Gerald menatap Marcel tajam. "Apa lo lihat-lihat? Cemburu? Kakak, kakak gue juga," tukas Marcel.

Calista terkekeh kecil. "Udah deh, sarapan aja, gausah mancing adu mulut pagi-pagi." Ketiganya diam dan melanjutkan sarapannya dengan tenang.

Hingga beberapa menit berlalu, Gerald dan Calista selesai lalu berangkat ke sekolah.

"Kak, nanti gue mau main ke rumah Nayara, ya. Jadi, pulangnya agak sorean," izin Marcel sebelum Calista benar-benar hilang dari pandangannya.

Calista mengangguk. "Iya, hati-hati."

Di dalam mobil, di perjalanan ...

Calista memperhatikan Gerald yang sedang mengemudi dengan meletakkan sikunya di atas paha dan telapak tangannya sebagai penopang wajahnya dengan keadaan kepala yang sedikit miring.

CALISTA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang