Part 44 -Siapa Pelakunya?-

166 17 0
                                    

Terimakasih karena telah menitipkan luka. Karenanya aku tahu, bahwa mencintai tak harus memiliki.
Lupakan rasa, hilangkan ingatan, dan hapus kenangan.
.
.
.
.
.
Hai semwahh 👋
Makasih udah vote di part sebelumnya ✨✨
HAPPY READING SODARA-SODARA ❤️

~Dengan Lo nitipin bekal ini, sama aja Lo nitipin luka buat gue.

~Aku gak tau, aku benar-benar takut. Jangan pernah pergi.

Hari ini adalah jadwal dimana sekolah Cahaya Bangsa akan mengikuti ujian semester ganjil.

Terlihat banyak siswa-siswi di koridor sekolah yang sedang membaca buku, sekedar berbincang-bincang, bahkan berlarian kesana-kemari dan tertawa. Eh, kok bernada wkwkw.

"Jangan lupa berdoa ya," ucap Gerald sambil mengusap kepala Calista.

Calista terkekeh. "Siap Abang hehe," balas Calista sambil menghormat.

"Abang ... Abang ...."

"Kan emang Abang hehe," cengirnya.

"Iya deh, yaudah aku ke kelas dulu ya." Gerald melangkahkan kakinya menuju tangga lantai tiga. Namun ia berbalik karena ada satu hal yang ia ingin sampaikan.

"Kenapa kak?" Tanya Calista bingung.

Ia membisikkan sesuatu di telinga Calista. "Jangan pergi sendirian ya, kamu harus hati-hati. Kalo ada apa-apa, langsung hubungi aku."

"Iya kak," balasnya tersenyum.

Gerald mengangguk, lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Geralddd," panggil Nindy dengan senyum manisnya sambil berlari menghampiri Gerald.

"Lo pegang gue, gue permalukan lagi Lo," ancam Gerald dan membuat Nindy memberhentikan langkahnya.

"Kenapa gitu sih?" Gerutunya hendak menyentuh tangan Gerald.

Namun Gerald mengelakkan tangannya lalu berjalan meninggalkan Nindy. Jangan sampe cinta gue berubah jadi benci yang akan melebihi obsesi, Rald.

Gerald masuk ke dalam kelasnya dan melihat Putri yang sedang marah-marah dikarenakan Nathan dan Rafael sedang nyanyi-nyanyi dengan gitar Abraham. Sementara sang pemilik gitar, ia hanya diam menatap interaksi semuanya.

"Diam dong, gue lagi hapalin ini," gerutu Putri sambil mengepalkan tangannya.

"Belajar tuh di rumah, kalo di sekolah mah, tinggal ujian sahaja. Ya gak, Nat?" Tanya Rafael kepada Nathan.

Nathan mengangguk. "Iyoe bro hahhaaiiii."

"Makanya rajinlah belajar
Supaya kamu cerdas pintar
Yang nyontek itu anak bodoh
Si Putri lah namanya," nyanyi Nathan lagi dan membuat Putri semakin emosi.
Sementara Rafael, Donny dan Angga tertawa terbahak-bahak.

"Kalian bisa diam gak sih?" Tanya Yaya tiba-tiba dengan nada ketusnya.

Mereka semua melongo. "Kenape jadi die yang gile? Perasaan si Putri yang emosi dari tadi," ucap Nathan.

"Gak bisa lah, kok jadi anda pulak yang setel."

"Putri sama Yaya satu hati kali yak hahahhahaha."

"ANJAY ..."

"Satu hati matamu," ketus Putri lalu kembali menghapal rumus-rumus matematikanya.

Gerald yang melihat Abraham terdiam pun berjalan menghampirinya. "Lo kenapa, Bram?" Tanyanya sambil menepuk pundak Abraham.

CALISTA [COMPLETED]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن