Part 66 -Menyesal dan Flashback-

291 18 12
                                    

Seandainya aku bisa memutar waktu, berjalan mundur untuk mengatur agar semuanya tak terlanjur.
.
.
.
.
.
Hai semwahh 👋
Makasih udah vote di part sebelumnya ❤️❤️
HAPPY READING SODARA-SODARA ✨

Kepergianmu karena ketidakpercayaanku, sakitmu karena perbuatanku dan perih di pipimu karena tamparanku. Masihkah ada kata maaf untukku?
~Gerald~

Part ini terpanjang, karena ada flashback penculikan Calista. Harap baca dan mengerti baik-baik!!

Penyesalan akibat kesalahpahaman memang sering terjadi dalam kehidupan, semuanya bergantung pada perbuatan dan kepercayaan.

Dingin tapi panas. Suhu ruangan di kamar tamu ini tercatat 20°C, tapi telapak tangan Sandra terasa panas hingga tidurnya terusik.

Ia membuka matanya perlahan dan melihat telapak tangannya yang menempel di dahi Gerald. Tubuh Gerald  menggigil, namun matanya masih terpejam. Semalaman ini memang Sandra menemani Gerald tidur.

"Udah jam enam pagi," gumamnya pelan saat melihat jam weker di atas nakas.

Ia menghela napas saat mengetahui keadaan Gerald yang sudah dipastikan demam. "Gerald, bangun." Ia coba membangunkan, tapi Gerald malah menyebut nama Calista.

"Gerald, bangun," panggilnya lagi.

"Cal, maaf ... Kamu di mana?" Kalimat itu benar-benar menohok hati Sandra. Rasa bersalah dalam hati Gerald sungguh dalam terhadap mantan gadisnya itu.

Sandra menepuk-nepuk wajah Gerald. "Rald, bangun ... Hey, bangun, Gerald!!"

Seketika Gerald membuka matanya dan menatap Sandra. Saat kesadarannya mulai terkumpul, langsung ia memeluk Sandra dengan tubuh yang gemetar. "Mah, Gerald mau Calista kembali. Bantu Gerald, Mah," pintanya dengan suara parau.

Sandra memejamkan matanya. Bagaimana ia bisa membantu? Apa yang harus ia lakukan? Bahkan ia sendiri tak mengenal keluarga Calista.

"Kamu demam, Gerald, harus diobati dulu. Mama telepon tante Via dulu, ya." Hendak melepas dekapan itu, namun Gerald menahan dan menggelengkan kepalanya.

"Jangan tinggalin aku, Mah," lirihnya.

Beberapa menit berada dalam posisi ini, akhirnya Sandra merasakan hembusan napas Gerald yang stabil. Perlahan ia melepaskan dekapan itu, mematikan AC dan menyelimuti tubuh anaknya itu.

Setetes air matanya jatuh saat melihat lilitan perban di jari tangan Gerald. "Kamu terlalu bodoh, Sayang, untuk gak percaya sama pacar kamu sendiri. Harusnya kamu ingat kondisi kamu saat Calista gak berkabar di hari ulang tahun kamu," ucapnya pelan.

Setelah itu Sandra keluar dari kamar. Setibanya di ruang keluarga, ia melihat ada Rio yang sedang menonton tv. "Pah," panggilnya.

Rio menoleh dan tersenyum, kemudian menepuk space di sebelahnya. Sandra pun duduk di sana. "Gimana keadaan Gerald?" tanya Rio.

"Demam, Pah."

"Sebenarnya apa masalah dia, Mah?" tanya Rio.

CALISTA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang