Part 30 -Tasya-

264 24 59
                                    

Bantu aku mengumpulkan stok kesabaran, karena logika memaksaku untuk pergi sementara hati menjeratku untuk menanti.
.
.
.
.
.

Hai semwahh 👋
Makasih udah vote di part sebelumnya ❤️❤️

HAPPY READING SODARA-SODARA ✨

Akankah sebuah penantian panjang  membuahkan hasil? Atau malah akan terlihat mustahil?

Entahlah ... Tapi ingat satu hal, ketika kamu berhenti berjuang maka harapan pun terbuang.

Seperti biasanya, hari demi hari dijalani oleh seorang gadis cantik tanpa ada yang spesial selain seseorang yang sudah berhasil menempatkan diri di hatinya.

Ia akui kehidupannya memang lebih berwarna sekarang dibandingkan kehidupannya yang dulu di Bandung. Mendapatkan teman baru yang baik, benar-benar membuatnya semakin betah menjalani kehidupan di ibukota.

Tidak pernah ia berfikir akan mendapatkan tambatan hati di sini. Namun setelah ia jalani, tidak ada salahnya selagi hubungan sehat-sehat saja.

Calista mengangkat tangannya. "Pak," panggilnya kepada Pak Nino, guru kesenian di depan sana.

"Ya, Calista, apa jawabannya?" tanya Pak Nino yang tadi memberikan pertanyaan kepada mereka.

"Bukan mau jawab, Pak, tapi mau izin ke toilet hehe."

Langsung saja ia mendapat sorakan dari teman-temannya.

"Ya, elah, Beb Cal-Cal, gue kira lo mau jawab, ternyata mau ke toile, toh," celetuk Andre.

"Eh, emak Andre, ketua kelas yang bijaksana nan santun ... Toilet, ya, bukan toile. Gue doain kalo lo ketemu sama orang pembuat nama toilet, semoga lo dimasukin ke dalam lubang closet," sergah Maya sinis.

Andre berdecak kesal. "Heh, mayang sari alias mayat kuyang mati suri, kalo ngomong itu yang benar-benar aja kali. Masa iya badan gue segede ini mau dimasukin ke dalam lubang closet, mikir, atuh." Ia menunjuk pelipisnya dengan jari telunjuk.

"Astatanggg, mo meninggoy saya dengarnya. Apaan tadi, Ndre? Mayat kuyang mati suri hahahaha, anjay, bengek guvee." Kelvin tertawa terbahak-bahak.

"Berbi waras, berbi ngalah," balas Maya dengan memutar bola matanya malas

Pak Nino menggelengkan kepala melihat kelakuan murid-murid kelas 11 IPA 1, benar-benar ajaib, pikirnya. "Sudah-sudah, jangan dilanjutin lagi perdebatannya, lebih baik kalian cari jawaban dari pertanyaan saya."

"Lah, Pak, saya mau ke toilet ini," ulang Calista yang sedari tadi menunggu.

"Oh, ya, silahkan."

Alana yang duduk di sebelah Calista menyenggol lengan gadis itu. "Mau ngapain, sih, lo?"

Calista mendengus. "Mau ngengek, puas lo?"

"Lah, galak amat anjir, jorok lagi," balasnya bergidik.

"Ya, maap, lagi pms. Bawaannya pengen makan orang." Calista berjalan keluar kelasnya.

CALISTA [COMPLETED]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt