Part 38 -RafAlana-

185 21 1
                                    

Jangan langsung berasumsi, terkadang apa yang kita lihat tidak seperti yang kita bayangkan.

Jangan mengambil keputusan saat sedang emosi dan jangan berjanji saat sedang senang.

Maaf, jika asumsi ini berlebihan. Namun, ingatlah bahwa hati seperti cermin yang akan menilai apa yang terlihat, dan akan retak jika terjatuh.

....

Hai semwahh 👋
Makasih udah vote di part sebelumnya ✨✨
HAPPY READING SODARA-SODARA ❤️

Weekend berakhir dan mulailah pekan bekerja.

Seperti biasa, Gerald menjemput Calista ke apartemennya. Sedikit bingung saat melihat gadis itu lebih diam, wajah sedikit pucat, rambut yang biasanya di gerai, kini di cepol satu.

"Kamu baik-baik aja, 'kan?" tanyanya saat sedang berhenti di depan lampu merah sembari memegang jidat Calista dengan punggung tangannya.

Gadis itu mengangguk dan menjawab, "Baik kok." Bohong, sebenarnya ia merasa kepalanya sangat pusing dan berat. Namun ia diam karena tidak ingin Gerald bersikap berlebihan dengannya.

"Ke mana semalam?" Gerald bertanya lagi. Kini terkesan dingin dan serius.

"Gak ke mana-mana," jawab Calista sekenanya.

Gerald menatapnya intens. "Terus kehujanan?"

Gadis itu memejamkan matanya sejenak. Bodoh, umpatnya dalam hati. Ia lupa bahwa semalam pergi bersama teman-temannya dan hujan-hujanan karena menyusul Alana.

"Jalan bareng Alana, Maya, dan Cassie. Semalam hujan-hujanan karena Alana nangis kabur dari Mall." Calista menghela napas berat sembari menyandarkan kepalanya di sandaran jok mobil.

Gerald mengernyit. "Kenapa?"

"Karena Kak Rafael ketauan jalan sama cewek lain. Akhirnya Alana nangis dan kabur dari mall. Kita susul dan kebetulan hujan, yaudah sekalian main hujan," jelasnya.

Rafael? Kemungkinan kecil, batin Gerald.

Beberapa menit berlalu ...

Keduanya tiba di area Cahaya Bangsa. Gerald memarkirkan mobilnya di tempat biasa ia parkir.

"Cal, are you okay?" tanya Gerald lagi sembari merangkul pundak gadis itu. Calista sedikit terhuyung saat ingin turun.

"Aku gapapa, Kak," jawabnya tersenyum.

Mereka berjalan menuju kelas dan tidak sedikit pun tangan Gerald terlepas dari pundak gadisnya itu.

Calista menunduk malu karena mereka sekarang menjadi sorotan. "Kak, malu dilihat orang."

"I don't care!" pungkas Gerald penuh penekanan.

Ia menghantarkan Calista sampai ke tempat duduknya. Awalnya gadis itu menolak, namun bukan Gerald namanya jika keinginannya bisa ditolak.

"Kamu sakit, Cal," cetusnya langsung saat Calista sudah sampai di tempat duduknya.

Alana, Maya, dan Cassie langsung menoleh. "Iya, lo pucat, Cal," timpal Maya sembari memegang kening Calista.

CALISTA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang