Part 26-Penjelasan dan rencana-

267 27 48
                                    

"Seluruh curahan hatiku tidak mengandung kebohongan sedikit pun. Aku masih terus menunggu hatimu luluh, tolong dengarkan penjelasanku, karena rasa ini benar-benar hanya untukmu."
.
.
.
.
.

Hai semwahh 👋
Makasih udah vote di part sebelumnya
✨✨

HAPPY READING SODARA-SODARA ❤️

Jika memang kita ditakdirkan bersama, suatu tempat akan menuntun kita untuk menghampirinya.

Gerald susah tidur sepanjang malam. Pikirannya selalu tertuju pada Calista. Mencoba untuk melogiskan segala penjelasan serta bukti yang ia terima.

Berulang-ulang memutar tubuhnya untuk mencari posisi ternyaman, ia duduk di atas kasur. Sulit baginya untuk menentukan mana yang benar dan yang salah.

Di satu sisi, penjelasan dan foto Rian benar-benar sejalan. Namun di sisi lain, tidak terlihat kebohongan sedikit pun dari mata gadisnya itu.

"Arghhhh," erangnya gusar sambil mengacak rambutnya.

Ketiga temannya yang terusik pun terbangun. "Woe, emak Gerald, bisa gak, sih, lo tenang dikit. Gue terganggu, anjir," ketus Abraham sambil mencoba kembali memejamkan matanya.

Plakk ...

Alex memukul perut Abraham. "Awsh ... Sakit, anjir," ringis sang empu.

"Heh, bapak Abraham, sadar diri lo. Ini rumah, rumah siape. Jangan sok berkuasa," balas Alex ikut duduk dengan Gerald.

"Ini jam berapa, sih?" tanya Rafael yang masih setengah sadar.

"Empat pas," jawab Gerald sekenanya.

Alex memegang pundak Gerald. "Lo mikirin apa?" tanyanya dengan suara sedikit serak.

"Calista," jawab Gerald dengan wajah datarnya.

Alex menghembuskan napasnya gusar. "Nanti pagi kita bantu buat selesain semuanya, sekarang lo tidur. Gak cuma badan lo yang butuh istirahat, tapi hati dan otak lo juga perlu." Ia kembali berbaring di sebelah Rafael.

Gerald kembali berbaring dan mencoba untuk memejamkan matanya. Namun percuma saja, jika pikiran dan hatinya tetap tertuju pada satu objek di luar sana.

Jangankan untuk melepas, menghilangkanmu dari pikiran walau sejenak pun tidak bisa.

Pukul 07.30 Pagi ...

Matahari pagi ini benar-benar terik. Memancarkan cahayanya melalui cela gorden jendela kamar Gerald, namun tidak membuat penghuninya terusik sama sekali.

Sandra yang sudah berulang kali mengetuk pintu kamar Gerald pun tidak mendapat jawaban. Akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke dalam.

Ia menggelengkan kepalanya melihat keadaan keempat orang muda itu. Benar-benar tidak beraturan. Tangan dan kaki yang tidak menentu letaknya, badan Abraham yang dijadikan bantal oleh Gerald, dan wajah Rafael yang tertutupi bantal Alex.

CALISTA [COMPLETED]Where stories live. Discover now