Part 27 -Baikan-

307 29 58
                                    

"Bahagia itu sederhana. Sekedar melihat lengkungan manis di bibirmu saja sudah membuatku bahagia."

Seandainya kita tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, tidak akan ada yang namanya penyesalan.
Namun Tuhan menciptakan jera, yang artinya penyesalan akan selalu ada jika kita tidak bijak menyikapi setiap keadaan.

Menyuarakan seluruh isi hati memang keinginan setiap orang. Namun tidak sedikit juga memilih memendam dan berbicara melalui mata. Tapi beruntungnya seseorang, jika memiliki pendengar yang baik, dan memberi solusi, bukan sebatas mencari informasi untuk digibahi.

Hai semwahh 👋
Makasih udah vote di part sebelumnya ❤️❤️
HAPPY READING SODARA-SODARA ✨

Semua kembali normal seperti keadaan sebelumnya.

Pernah berfikir akan mengakhiri hubungan hanya karena sebuah persoalan? Cari solusi, berusaha untuk memperbaiki, karena Yang Maha Kuasa selalu menyertai.

Gerald benar-benar bahagia pagi ini. Seluruh persoalan dengan gadisnya kini telah usai. Benar-benar suatu kebodohan baginya karena lebih mendengarkan perkataan setan dari pada malaikat.

Sejak ia mengetahui kebenaran itu, rasa cintanya kian bertambah berkali lipat dengan Calista. Ia percaya Calista benar-benar perempuan yang baik, dan ia yakin ia tidak salah pilih.

Gerald berjalan menuruni anak tangga dengan sumringah.

"Hai," sapanya saat sudah tiba di meja makan.

"Kok gue merinding, ya, Bund?" tanya Cahaya bergidik.

Gerald yang baru saja sumringah pun kini berubah menjadi datar. "Maksud lo apa?" tanyanya dingin.

"Gadapape-gadapape," balas Cahaya menggeleng.

Rio terkekeh, kemudian berkata, "kemarin aja lusuh, diam, gak semangat. Sekarang aja udah senyum-senyum gak jelas."

"Nah, itu, gue kira lo kerasukan hehe." Cahaya menunjukkan deretan giginya.

Sandra menggelengkan kepala dan berkata. "Udah, deh, sarapan aja dulu," putusnya.

Mereka sarapan dengan tenang. Begitu pun dengan Gerald, kini bebannya telah hilang. Bibirnya senantiasa melengkung walau hanya membentuk lengkungan kecil.

Tidak lepas sedikit pun pandangan Sandra dari anak laki-lakinya itu. Ia ikut merasa senang karena Gerald kini tidak lagi sediam kemarin, namun ia juga penasaran apa sebenarnya yang menyebabkan Gerald bisa berubah-ubah seperti bunglon?

Setelah Gerald menghabiskan makanannya, ia pamit kepada Rio, Sandra, dan Cahaya.

"Gerald pamit, ya," ucapnya lalu menyalami tangan mereka bertiga.

"Tumben lo mau salam gue," ujar Cahaya membuat Gerald menghentikan langkahnya.

"Tadi gue salam lo, ya? Kok gak sadar gue." Ia kembali melanjutkan langkahnya.

"Sialan lo," umpat Cahaya. Salah sendiri kenapa harus komen. Tidak disalam protes, disalam komen, dasar Cahaya!

Sandra mengikuti Gerald ke garasi. Ingin bertanya apa yang sebenarnya terjadi padanya belakangan ini.

CALISTA [COMPLETED]Where stories live. Discover now