Part 23 -Day 2-

266 38 24
                                    

"Jatuh dan sakit itu sepaket. Jika kamu memilih untuk jatuh, itu artinya kamu siap dengan segala resikonya. Mau itu sakit, retak, rusak, atau bahkan hancur berkeping-keping hingga tidak dapat diperbaiki lagi."

Hati itu sensitif. Tidak jarang ada orang dapat menahan rasa sakit dalam hatinya walau hanya goresan kecil. Tidak ingin sakit? Maka jangan jatuh!!

.
.
.
.
.

Hai semwahh👋
Makasih udah vote di part sebelumnya
✨✨

HAPPY READING SODARA-SODARA ❤️

Brakkk ...

Cahaya menggebrak meja dan membuat Gerald terkejut. Benar-benar tidak ada akhlak, pikir Gerald.

Padahal udah gede, masih aja tingkahnya kayak anak-anak, batin laki-laki itu.

"Ngapain lo? Masuk kamar gue gak ketuk pintu dulu," ketus Gerald sembari menyandarkan badannya di kursi belajar.

Cahaya mendorong kepala Gerald dengan jari telunjuknya dan berkata, "heh, budeg ... Gue udah ketuk pintu, lo aja yang gak denger, oon."

Gerald mengernyit. "Lo ketuk berapa kali?"

"Berapa, yahh?" Cahaya menghitung satu persatu jari tangannya.

Gerald menghembuskan napas gusar. "Gue punya kakak kok goblok banget, ya, God."

Bughh ...

"Bercanda, setan," umpat Cahaya dengan memukul lengan Gerald.

"Jadi lo mau ngapain ke sini, hah?"

"Mau beli martabak, temenin, kuy," ajak Cahaya sambil menyikut leher adiknya itu.

"Lepas." Gerald menghempas tangan Cahaya.

"Yaudah, ayo," bujuk Cahaya lagi.

Gerald menatap jam weker. Masih jam 20.30 ternyata. Ia berdehem, lalu bangkit dari tempat duduknya dan mengambil jaket.

"Gitu dong, 'kan makin sayang gue." Cahaya berjinjit menarik rambut Gerald, lalu berlari ke luar.

Gerald menggeleng. Ia berjalan menyusul Cahaya.

"Eh, mau ke mana, Dek?" tanya Sandra saat melihat Gerald turun dengan kunci mobil di tangannya.

"Beli martabak, Mah, sama kakak," jawab Gerald sekenanya.

"Titip dong, beliin martabak telur, ya," timpal Rio dan diangguki oleh Gerald.

Cahaya keluar dari kamarnya. "Skuy, Dek," ajaknya. Mereka berpamitan dari Sandra dan Rio.

"Hati-hati."

Keduanya berjalan menuju garasi, dan Gerald melajukan mobilnya menuju tempat penjual martabak terdekat.

Cahaya teringat sesuatu. "Oh, ya, Dek, cewek lo mana, sih? Kepo gue ... Padahal emak udah nyuruh bawa ke rumah."

"Kepo, ntar juga gue bawa," balas Gerald membuat Cahaya mendengus.

CALISTA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang