Part 39 -Persiapan-

169 18 3
                                    

Tunggu waktu yang tepat, dan bersiaplah untuk menetap!
.
.
.
.
.

Hai semwahh 👋
Makasih udah vote di part sebelumnya ❤️❤️
HAPPY READING SODARA-SODARA ✨

Dua hari berlalu, kesehatan Calista pulih sempurna. Sebenarnya sejak kemarin sudah enakan, namun Gerald bersikeras melarangnya untuk pergi ke sekolah.

Mylovelyboo ❤️

Prgi brg Mrcl ya Cal.
Aku lagi ambil tenda buat camp bsk.
Jgn lp sarapan
Seeu

Oke syg❤️

Eh apa?
Gak lihat ...
Gelap ...

Gak, bye

Calista langsung menyimpan ponselnya ke dalam saku dengan bibir yang terkekeh kecil. Benar-benar bahagia memiliki teman cinta seperti Gerald. Perhatian dan perduli.

"Ayo, Dek," ajaknya kepada Marcel yang sedang mengikat tali sepatu.

"Bareng? Ke mana si abang?" tanyanya mengernyit.

"Lagi ambil tenda katanya."

"Dia panitia? Atau OSIS?" Marcel bertanya lagi.

"Banyak tanya, ya. Intinya dia anak pemilik sekolah. Bisa jadi tempat pemesanan tenda punya teman keluarganya, atau mungkin salah satu dari usaha mereka. Kita gak tau, 'kan?" Gadis itu berjalan menuju pintu.

Marcel menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Iya, sih. Yaudah, deh, yukk."

Keduanya berjalan keluar unit menuju lantai dasar menggunakan lift.

"Besok lo nginap di rumah oma, ya. Gue gak percaya ninggalin lo sendirian di apart," ucap Calista saat keduanya sudah berada di dalam mobil.

Marcel melajukan mobilnya dengan kecepatan normal. "Sepele amat, dah. Kalo juga ada apa-apa di apart, gue yang nolongin lo, bukan lo yang nolongin gue," balasnya berdecak.

"Bukannya gitu, yang masak makanan lo siapa? Gue pergi Jumat pulang Minggu loh. Entar kalo lo masak, lupa lagi matiin kompor, bisa-bisa terbakar tuh unit," jelas Calista.

Marcel tampak berpikir sejenak, kemudian menjawab, "Iya juga, sih, yaudah, deh. Besok, waktu lo pergi, gue juga pergi." Ia memang sudah tahu bahwa Calista akan pergi perkemahan weekend ini, begitupun Selina dan Reno di sana.

Beberapa menit di perjalanan, mereka tiba di sekolah Cahaya Bangsa.

Sebelum gadis itu turun dari mobil, ia berkata kepada Marcel, "Hati-hati, ya, lo, jangan ngebut-ngebut."

"Iya, tenang aja."

Calista berlalu, sementara Marcel melaju menuju tempatnya menuntut ilmu.

Gadis itu berjalan menuju kelasnya. Di pinggir lapangan depan ruang OSIS, terlihat beberapa peralatan camping. Seperti bambu-bambu, spanduk, karpet, dan lain-lain.

"Hai, Cal," sapa seseorang saat Calista hendak menaiki tangga.

"Eh, Ray," sapanya balik.

CALISTA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang