Part 63 -Ngamuk-

197 17 2
                                    

Aku harus pergi tuk sembuhkan hati.
.
.
.
.
.
Hai semwahh 👋
Makasih udah vote di part sebelumnya ❤️❤️
HAPPY READING SODARA-SODARA ✨

Kini keadaannya sudah berbeda. Kejenuhan melanda seorang laki-laki muda yang kini sedang termenung sendiri di kamarnya.

Kejadian ini tak melanda dirinya, namun ia terkena dampaknya. Kedua orang tuanya tak mengetahui akan hal ini, hingga ia pun bingung apa yang harus ia katakan saat orang tuanya bertelepon.

Sudah tiga hari Calista pergi meninggalkan Marcel. Tak hanya Marcel,  tapi ia juga meninggalkan ibu kota itu. Calista benar-benar pergi. Sudah tak kuat dengan semua ini. Sebelum pergi ia juga sudah bercerita kepada Marcel semua yang telah terjadi tanpa ada sedikitpun yang disembunyikan.

Marcel emosi, namun Calista menahan dan meminta Marcel berjanji untuk tidak berkelahi dengan Gerald. Hubungannya dengan Gerald benar-benar sudah berakhir. Ia pergi untuk menyembuhkan hati.

"Gue rindu lo kak," gumamnya pelan sambil menatap langit-langit kamarnya.

Pertengkaran hebat itu terjadi hari Sabtu lalu, tiga hari pergi itu artinya dua hari sudah Calista tidak masuk sekolah.
Namun yang Marcel bingungkan adalah, mengapa tak seorangpun diantara teman-teman Calista, bahkan Alex tak kecarian akan Calista? Sementara Calista sendiri sudah tidak menggunakan kartu nomor telepon itu lagi. Otomatis Calista tidak ada kabar, kan? Ya, dia nomor baru dan hanya Marcel yang mengetahui nomor itu.

"Temen lo sendiri gak nyariin lo." Marcel terkekeh sinis, "emang salah kita pindah ke Jakarta," lanjutnya.

Merasa tenggorokannya haus, ia berjalan keluar kamar menuju dapur, dan melihat ponselnya bergetar di atas meja depan tv.

Dengan cepat ia langsung mengambil ponselnya. "Nayara?" gumamnya pelan sambil tersenyum.

"Halo, Nay," sapanya dengan wajah berseri.

"Hai, Cel ... Bukain pintu dong," ucapnya dari sebrang sana.

"Ha?" Raut wajah Marcel terlihat bingung bingung dan langsung menoleh ke arah pintu.

"Bukain pintu, Marcell!!! Gue di depan iniii ...," Gerutu Nayara.

"Eh ... Ngapain ... Eh, iya ... Bentar gue bukain." Marcel gelagapan dan langsung berjalan menuju pintu.

Setelah ia membuka pintu itu, terlihatlah Nayara sedang berdiri dengan wajah ditekuk. "Lama banget sih buka pintunya, gue udah manggilin dari tadi, tau," kesalnya.

Marcel menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ngapain ke sini? Sama siapa? Ini udah malem, Nay." Ia celingak-celinguk mencari keberadaan Alana, manatau Nayara datang bersama Alana.

"Disuruh masuk dulu kek," balas Nayara lagi.

"Hm ... Gimana, ya ...." Marcel terlihat bingung. Apa mungkin mereka berdua harus masuk ke dalam, sementara di dalam tidak ada siapa-siapa.

"Cel," tegur Nayara memegang pundak Marcel.

"Tapi, Nay ...."

Nayara menghembuskan napasnya panjang. "Yaudah, gue balik." Saat ia ingin berbalik badan, Marcel menarik tangan Nayara untuk masuk dan langsung mengunci pintu. Takut jika ada tetangga melihat perempuan ke dalam apartemen itu.

CALISTA [COMPLETED]Where stories live. Discover now