Part 49 -Kedatangan-

158 16 2
                                    

Mungkin saatnya untuk berpindah. Aku sudah mulai terbiasa. Sedih, mungkin iya, tapi hati juga punya rasa yang bisa berubah.
.
.
.
.
.
Hai semwahh 👋
Makasih udah vote di part sebelumnya ✨✨
HAPPY READING SODARA-SODARA ❤️

Ketika bertemu denganmu adalah sebuah penantian, maka kehadiranmulah pemecah celengan rindu yang berlebihan.

"Dan tunggulah aku di sana ...
Memecahkan celengan rinduku ...
Naik mobil denganmu ...
Mengelilingi Bandung ...
Menikmati surya perlahan menghilang ..." Marcel bernyanyi sambil memainkan piano di rumah Ana.

Marcel dan Calista sedang menginap di rumah oma dan opanya, dikarenakan hari ini Reno dan Selina datang dari Singapura.

"GUE KANGEN BANDUNG, YA GOD," teriak Marcel sambil menekan tuts piano itu asal-asalan.

"Ya elah, den ... Kenapa mainnya ngasal begitu?" tanya bi Nina yang tak sengaja lewat dari ruang keluarga.

Marcel nyengir. "Hehe ... Gapapa bi, lagi pengen ke Bandung aja."

"Kenapa gak ikut ke bandara, den?"

"Tadinya sih mau, bi, tapi, kak Cal belum bangun. Jadi, ya mau anter dia buat ngambil raport," jawab Marcel sekenanya.

Tadi malam, sepulang dari acara akhir tahun di sekolah, Gerald menghantarkan Calista ke perumahan Green Park.

Dan saat ini, Calista belum juga bangun dari tidurnya.

Marcel menutup kembali piano itu, lalu berjalan menuju lantai dua, tepatnya kamar Calista.

Tokk ... Tokk ... Tokk ...

Marcel mengetuk pintu kamar Calista. "WOI ... BANGUN ... LO GAK JADI NGAMBIL RAPORT?" teriak Marcel dari depan pintu kamar Calista.

Cklek ...

Calista membuka pintu kamarnya. "Lo bisa gak sih, gak usah teriak-teriak?" tanyanya mendengus.

"Gak bisa, soalnya udah jam setengah delapan," jawab Marcel dengan wajah datarnya.

"APA?" teriak Calista melotot. "Oma sama opa kemana?"

"Bandara, dan gue gak jadi ikut jemput emak, karena oma nyuruh gue buat nemenin lo ambil rapot." Memang diperkirakan waktu landing pesawat Reno dan Selina adalah pukul delapan pagi. Maka dari itu, Bima dan Ana sudah pergi sejak pukul tujuh tadi, dikarenakan jarak rumah mereka dan bandara yang terpaut cukup jauh.

"Jadi, orang tua gue siapa dong?" tanya Calista cemberut.

Marcel mengangkat bahunya. "Pake orang tua temen lo lah, bisa kan? Udah ya, lo siap-siap. Bye," ucap Marcel dan berlalu dari sana.

Calista menepuk jidatnya. "Bodoh banget sih gue, bisa ketiduran sampe telat begini," gumamnya pelan, lalu menutup kembali pintu kamarnya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk bersiap-siap.

❤️❤️

Kini keduanya sudah berada di dalam mobil. Menyusuri jalan ibu kota yang cukup ramai pagi ini.

CALISTA [COMPLETED]Where stories live. Discover now