3. Takdir Tuhan atau Kebetulan

664 140 70
                                    

"Tidak ada yang kebetulan, semua sudah diatur oleh Tuhan."
...

HAPPY READING 🤍

Kantin ....

Baru saja bel istirahat berbunyi 3 menit yang lalu, tetapi keadaan kantin sudah benar-benar ramai.

"Yaelah, ngapain, sih, tuh cabe di sana? Mana bawa dua dayang-dayangnya lagi." Maya kesal sambil berkacak pinggang.

Di meja ujung sana, tempat Gerald dan yang lainnya duduk, terlihat ada tiga siswi yang sedang mencari perhatian.

"Iya, ya, dah seneng banget gue padahal beberapa hari ini gak lihat mukanya. Eh, malah muncul sekarang," timpal Cassie.

"Cewek tercaper over the world!" lanjut Alana .

Mendengar celotehan ketiga temannya, Calista bertanya bingung, "Siapa, sih?" Wajar gadis itu belum tahu, murid baru.

"Lo gak lihat tuh, tiga cabe di mejanya Kak Gerald?" Maya menunjuk ke pojok.

Calista melihat ke sana. "Terus kita gak jadi ke sana, nih?"

"Jadilah. Kalau dia ngelawan, gue yang lawan balik," jawab Maya berani.

"Semangat banget," ujar Alana terkekeh. "Gak tega, ya, kalau Abraham digoda mereka?"

"Bacot lo, Alana anak alien!" Maya berjalan mendahului mereka. Sebenarnya di balik keberanian dan semangat Maya ada satu niat yang terselubung.

Yang tadinya mereka berhenti di pintu kantin, kini melanjutkan langkah menuju meja pojok.

Setibanya Mereka di sana, semangat Abraham langsung bertambah 50%. "Eh, Maya, ayang gue yang paling cantik se-bima sakti." Ia langsung bergeser untuk memberikan space bangku untuk gadis itu.

Maya bergidik jijik mendengarnya. "Dih, najis!"

Kedatangan empat gadis itu berhasil mengalihkan perhatian Gerald, Alex, Rafael, dan Abraham dari risihnya menghadapi tiga gadis yang dikatai 'cabe' oleh Maya.

Dia Nindy bersama kedua temannya, Feli dan Nanda. "Ngapain sih, lo semua ke sini? Ganggu tau, gak?!" Nindy langsung menyentak mereka.

"Perang dunia ke seribu, let's get started!!" gumam Rafael pelan. Helaan napasnya terdengar jelas.

Alex mendekati Rafael dan berbisik, "Lo dukung siapa, Fel?"

"Maya lah. Yakali dukung Nindy," jawabnya.

"Gue juga," balas Alex terkekeh kecil.

Maya membalas ucapan Nindy dengan sengit. "Lo yang ngapain di sini, beberapa hari ini gak ada lo aman-aman aja. Sekarang ada lo malah jadi lain hawanya, serasa berada di sarang kuntilanak gue." Ia mengibas rambut.

Seketika Nindy menggeram emosi. Ucapan Maya barusan membuatnya seolah-olah adalah kuntilanak. "Gue jambak juga rambut lo."

"Gue jambak kepala lo."

Nindy menatap Maya sinis. "Mending lo semua pergi, deh. Gue mau manja-manjaan sama pacar gue."

"Lepas." Gerald langsung menghempas tangan gadis itu yang baru saja menyentuh tangannya.

CALISTA [COMPLETED]Where stories live. Discover now