Part 58 -Tears and Hurt-

176 15 2
                                    

Sakit yang mendalam tak ada tandingan, saat ku tahu kau pergi dengannya dan meninggalkanku sendirian tanpa mengerti keadaan
.
.
.
.
.
Hai semwahh 👋
Makasih udah vote di part sebelumnya ❤️❤️
HAPPY READING SODARA-SODARA

Aku tak ingin perpisahan, tapi sikapmu seolah menghilangkan harapanku untuk bertahan. Yang aku butuhkan hanyalah perhatian, karena aku sadar hal itu perlahan mulai menghilang.

Sepulang dari MMC tadi, mereka langsung menghantarkan Tasya ke rumahnya. Bagaimana keadaan Tasya? Dia benar-benar sedih karena Calista yang tidak akan mengajar lagi di tempat lesnya.

Diluar dari kesedihan Tasya, Calista pun sedang merasa sedih saat ini. Pikirannya berkecamuk untuk menerka-nerka siapa perempuan yang ada di mobil Gerald itu sebenarnya.

Dia dan Marcel kini sedang duduk di atas ranjang kamar Calista, lebih tepatnya di perumahan Green Park.

"Coba lo hubungi lagi deh, kak, kali aja dia bakalan angkat," saran Marcel sambil mengusap-usap lengan Calista.

"Udah berulang-ulang, Cel, tapi tetap aja dia gak angkat, padahal hpnya aktif," ungkap Calista sedih sambil terus mencoba menelepon Gerald.

Namun tetap saja, hasilnya tak seperti yang mereka harapkan. Setelah terdengar suara nada dering, maka muncullah suara operator.

"Sama aja," cicitnya pelan.

Gerald selingkuh? Atau gimana? Dia selalu sibuk belakangan ini, alasannya belajar, tapi kemarin malah bolos bimbel. Dihubungi juga susah ... Ya Tuhan, jangan sampai yang aku takutkan benar-benar terjadi, batinnya berdoa.

Marcel tampak berpikir sejenak. "Gimana kalo lo hubungi mamanya atau kakaknya, kan lo bisa tanya tuh si Gerald ada di rumah apa engga," usulnya.

Calista mendongak. "Lo bener." Ia mencari nomor Cahaya di kontak ponselnya. Setelah menemukan nama Cahaya, ia langsung menghubunginya.

"Halo kak," ucap Calista pelan.

"Hai, Cal ... Ada apa nih malem-malem?" balas Cahaya dari sebrang sana.

"Kak Gerald ada di rumah, gak?"

"Engga sih, Cal. Tadi udah sempat pulang, tapi pergi lagi dan belum pulang sampe sekarang. Emangnya kenapa?" tanya Cahaya balik.

"Kakak tau dia pergi sama siapa dan kemana?"

"Gak tau, Cal ... Dia mah langsung pergi aja gitu," jawab Cahaya sekenanya.

"Yaudah deh, kak, makasih ya." Ia mengakhiri sambungan telepon itu, menyimpan ponselnya di atas nakas, kemudian menghembuskan napasnya panjang.

Calista menggelengkan kepalanya. "Gak ada juga, Cel," cetusnya dengan mata berkaca-kaca.

Dengan prihatin Marcel langsung menarik Calista ke dalam dekapanya.

"Udah deh, lo gak usah sedih, palingan Gerald emang pergi sana teman ceweknya kali, atau mungkin ada kerja kelompok makanya dia semobil sama cewe." Ia mencoba menenangkan kakaknya itu.

CALISTA [COMPLETED]Where stories live. Discover now