Part 24 -Day 3-

234 37 24
                                    

"Ku tahu senja lebih indah dari pada fajar, namun keindahannya berlalu begitu cepat dibandingkan fajar yang menyingsing menuju terang."

Banyak orang ingin selalu berada di titik terang. Namun, untuk apa Tuhan menciptakan bumi berotasi jika gelap tidak diinginkan?

Tuhan menciptakan dan mengatur segalanya menjadi lebih indah. Jadilah tokohnya, ikuti alurnya, Tuhan penulis skenarionya.

Hai semwahh 👋
Makasih udah vote di part sebelumnya ✨✨✨
HAPPY READING SODARA-SODARA ❤️

Malam ini, Calista duduk di kursi balkon kamarnya. Mengingat kejadian tadi siang benar-benar membuat dadanya terasa sesak.

Matanya kini berkaca-kaca, sudah menumpuk cairan bening di pelupuk matanya yang akan siap tumpah.

Pertama kalinya ia merasakan yang namanya cinta, pertama kali pula ia merasakan sakit akibat cinta itu sendiri.

"Kenapa lo gak mau percaya sama ucapan gue?" Air matanya terjatuh ke lantai.

"CALISTAAAA!!" teriak Marcel menggebrak pintu balkon kamar gadis itu.

Calista terkejut dan langsung menoleh, ia menghembuskan napasnya gusar lalu mengalihkan kembali pandangannya ke arah depan.

"Lo kenapa? Gue panggilin lo dari luar tapi lo gak jawab-jawab, gue kira lo kenapa-kenapa," cerocos Marcel sedikit meninggikan nada bicaranya.

Air mata Calista kembali menetes.
Sudahlah hatinya sedang sakit, malah dibentak lagi oleh Marcel.

Marcel yang melihat Calista menangis pun langsung melunak, ia duduk di sebelah kakaknya itu. "Lo kenapa? Mon maap tadi gue bentak lo, abisnya lo budeg, sih." Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"I'm okay," balasnya dengan senyum yang dipaksakan.

"Jujur lo sama gue!" perintah Marcel yang kini berubah menjadi dingin.

Tidak mendengar jawaban dari Calista, Marcel berdiri hendak pergi dan berkata, "gue cari tau sendiri."

"Gue berantem sama Gerald," cicit Calista langsung.

Marcel kembali duduk. "Kenapa bisa?"
C

alista menceritakan semua kejadian tadi siang di sekolah.

Marcel menghela napasnya. "Brengsek ternyata si Rian," geramnya, "tapi, gue juga heran, kenapa si Gerald gak percaya sama lo. Padahal lo sendiri pacarnya."

"Karena ucapan dan bukti foto yang Rian tunjukin itu benar-benar nyambung. Akhirnya Gerald lebih percaya sama dia, dan lebih parahnya Gerald malah berasumsi yang buruk tentang perasaan gue," balas Calista lusuh.

"Yaudah, lo coba jelasin sama dia."

Calista menyandarkan kepalanya di bahu Marcel. "Gue udah coba tadi, tapi dia malah ninggalin gue di rooftop. Setelah itu, gue gak tau dia ke mana, bahkan dia ninggalin timnya yang bakal bertanding tadi."

Marcel mengusap kepala kakaknya itu dan berkata, "dia butuh waktu, lo sabar aja dulu. Lo terus coba sampe dia siap untuk dengerin lo."

CALISTA [COMPLETED]Where stories live. Discover now