Kebenaran

13.1K 1.1K 16
                                    

8 tahun kemudian.

Brak

"Engga pokoknya engga! Aku gamau ngakuin kalo aku ibu dari anak itu. Aku bukan ibu nya Pah dan dia bukan anak aku, Algean anak haram!" bentak Zela setelah menggebrak meja di ruang tamu rumah Dito.

Prank

Aris, Dito, dan Zela terkejut lalu menengok ke arah pintu menampilkan seorang anak lelaki tampan berumur 8 tahun yang baru saja menjatuhkan akuarium kecil berisi ikan hias.

Semua menegang ketika anak itu mendekati tiga orang dewasa. Anak lelaki itu menatap Zela yang masih berdiri tanpa pergerakan, "Mama," ucap anak lelaki itu, "Kamu Mama ku, aku liat Mama di foto yang dikasih sama tante Tania." lanjutnya sambil menampilkan senyum manis.

Zela berjalan mundur menghindari anak lelaki itu.

"Mama kenapa mundur, Al kangen sama Mama. Dari kecil Al ga pernah liat muka Mama." ucap anak itu polos.

Zela menangis lalu mendudukan dirinya di dekat Aris. Melihat keadaan istri nya seperti ini, Aris langsung merangkul pundak Zela dan menyandarkan dia di dada bidangnya.

Anak lelaki itu mengangkat kedua alisnya heran, "Kenapa Mama nangis?" dia menengok menatap Dito yang menatap sendu ke arahnya.

'Jangan sekarang Tuhan' batin Dito.

Anak itu berlari mendekati Dito lalu meraih kedua tangan nya, "Kakek itu Mama kan? Kenapa Mama jauhin Al, padahal Al kangen sama dia. Al kangen sama Mama."

"JANGAN PANGGIL AKU MAMA, AKU BUKAN IBU MU!" teriak Zela sambil menunjuk anak itu.

Karena takut mendengar teriakan Zela anak itu langsung memeluk kaki Dito erat dan di peluk kembali oleh pemilik kaki.

"Zela jangan membentak nya." peringat Aris pelan.

Zela menatap Aris dengan mata menangis, "Dia bukan anak ku, bilang ke dia kalo aku bukan ibunya mas."

"Kamu Mama ku, tante Tania pernah bilang ke aku kalo kamu Mama ku." ucap anak itu dengan mata yang berkaca kaca, dadanya sesak mendengar bahwa wanita yang dia kira ibunya, tidak mau mengakui nya. Padahal ini pertama kalinya dia melihat ibunya, "Kakek, Al salah apa? Kenapa Mama bilang kalo Al bukan anak nya. Al pernah liat Mama di mimpi kek." Dito bungkam, bahkan tidak mampu menjawab pertanyaan sang cucu laki lakinya.

"Aku bukan ibu mu, aku bukan ibu mu hiks." tangis Zela sambil meremas baju Aris hingga lusuh.

"Tenang Zel, aku mohon tahan emosi mu." cakap Aris mengusap punggung istrinya.

Anak itu mendekati Zela sambil berlari, "Kamu Mama Al kan? Al pernah mimpi Mama di waktu itu. Tapi di mimpi Al, Mama ninggalin Al sendirian. Al nangis."

Zela membenarkan posisinya lalu mendekati anak itu dan menatap sinis ke arahnya, "Pergi jangan dekati aku."

Wajah anak itu berubah menjadi sedih, "Tapi Al kangen, Al pengin meluk Mama. Al ngga pernah di peluk Mama. kenapa Mama ga pernah kesini? Kata Kakek Mama tinggal di luar negeri."

Memang benar Zela, Aris, dan Langit tinggal di Jerman selama 4 tahun untuk mengurusi bisnisnya di sana, dan seminggu lalu dia kembali ke Indonesia. Lalu sekarang mereka berdua berkunjung ke rumah Dito untuk memperbaiki silaturahmi nya karena bagaimanapun juga Dito adalah ayah kandung Aris.

Anak itu berpindah menatap Aris, "Papah," panggilnya pada Aris.

Aris malah menggeleng, "Bukan." jawab Aris datar.

Anak itu kembali menangis saat mendengar kedua orang yang dia anggap orang tuanya ternyata tidak mengakui nya.

Dia kembali menatap Dito, "Kenapa kek, Al salah apa? Kenapa mereka gamau ngakuin Al. Al sedih kek." ucap nya sesenggukan.

"Karena kamu bukan anak kita! Dan jangan pernah panggil aku dengan sebutan ibu, mama, bunda atau yang lainnya!" bentak Zela melotot sampai akhirnya anak itu terkejut dan memundurkan diri dengan nafas tersengal sengal, "Dia... juga bukan papah mu! Kamu itu anak haram yang tidak aku harapkan." lanjut nya sambil melihat Aris sekilas.

Anak itu menggeleng, "Al percaya kalo kamu Mama Al!" ucap anak itu kekeuh.

Saking emosinya mendengar bantahan anak yang berada di depan nya, Zela mendorong tubuh anak itu hingga terjatuh dan menangis.

"ZELA!" teriak Dito langsung berlari mendekat anak itu dan membantu nya berdiri, dia mendekap cucunya dengan tubuh gemetar, "Jika kamu tidak mau mengakui nya, jangan malah memberi kekerasan kepada Algean!" lanjutnya.

"Dia keras kepala Pah." jawab Zela.

"Bagaimana dia tidak keras kepala, karena Algean benar dan kamu selalu menyangkalnya untuk mengatakan bukan!" ucap Dito marah, "Kamu yang keras kepala Zela."

Zela memutar bola matanya lalu mengelap air mata yang sempat turun tadi, dia menengok kebelakang ke arah suaminya, "Ayo kita pulang." ucapnya dan mengambil tas yang dia taruh di sofa dan berjalan pergi keluar rumah.

Aris mengusap wajahnya kasar, dan Dito terus menatap tajam anak nya itu, "Pergi." usir nya pelan.

Aris mengerutkan keningnya tidak paham, Dito mengusir nya? "A-apa?" ujarnya.

"Pergi Papah bilang!" bentak Dito keras.

Aris meneguk ludahnya, "Baik, aku pergi Pah." ucapnya lalu berjalan melewati Dito menuju luar rumah.

Dito menghela nafas melepaskan pelukannya dengan cucunya yang masih menangis.

"Kakek, Al bukan anak mereka ya?" ucap Algean irih.

Dito menggeleng, "Dia orang tua mu Al."

"Al anak haram?" tanya Algean yang membuat rasa sakit di hati Dito bertambah, "Dia bilang Al anak haram, Al anak yang ga diharapkan kek."

Dito terus menggeleng namun Algea terlanjur mengetahui kebenaran nya dari Zela.

Sampai suatu saat setelah kejadian itu Algean memaksa Dito untuk mengatakan penyebab jika Zela tidak mau mengakui nya. Awalnya Dito menolak dan meyakinkan bahwa Algean anak mereka, namun ketidak percayaan Algean sangat kuat. Bahkan dia tidak makan empat hari supaya Dito dan Tania membuka mulut.

Setelah Dito mengatakan semuanya jadilah Algean menjadi anak yang tertutup dan selalu murung, dia jarang senyum dan menjadi pemarah ketika ada orang yang menurut nya annoying, bahkan dia kerap bertengkar dan melukai anak lain yang mengejeknya bahwa Algean tidak punya orang tua. Algean yang ceria sebelum melihat Zela dan Aris kini menghilang setelah mengetahui dirinya anak dari korban pemerkosaan. Algean masih cukup muda untuk mengetahui kebenaran pahit ini.

Suffering(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang