Kesekian Kalinya

3.8K 420 12
                                    

Langit turun dari mobil untuk membuka gerbang, satpam penjaga rumahnya sedang mengambil cuti jadi ya tidak ada yang berjaga di gerbang.

Namun langkahnya terhenti ketika tidak sengaja melihat benda tipis berwarna coklat tergeletak di samping tempat sampah depan rumahnya. Dia berjalan mendekati benda itu, tanpa ragu memungut dan menelisik dengan baik. Dia mengerutkan keningnya, ini seperti nya barang penting kenapa di buang?

Langit membuka benda itu, setelah melihat nya dia membuka matanya lebar. Kenapa benda sepenting ini ada di tong sampah?

Dia mencengkeram kuat benda itu, lalu kembali berjalan ke mobil dan memasukan kendaraan itu ke garasi.

Langit langsung berjalan cepat masuk ke rumah, dia melihat Aris dan Zela yang sedang duduk di ruang tengah.

Zela tersenyum, "Eh anak Mamah udah pulang." sapanya.

Datar, tanpa ekspresi, dan enggan menjawab. Begitulah suasana Langit sekarang, membuat Aris mengerutkan keningnya menatap anak itu.

"Kenapa Lang? Mukanya jutek banget. Ada masalah?" tanya Aris. Lalu dia tidak sengaja melihat benda yang berada di tangan Langit.

"Apa itu Lang? Tumben dapet surat." ya, benda yang di pegang Langit adalah surat.

Di sisi lain, Zela mengerjap kan mata, sedikit bingung, kenapa surat yang Algean berikan kemarin ada pada Langit? Ataukah cuma sampulnya saja yang sama?

Zela mendekat, "Itu apa sayang? Kamu dapet surat?" tanyanya penasaran.

Langit menatap Zela sekilas, tanpa menjawab dia pergi meninggalkan kedua orang tuanya dan naik ke lantai dua. Menulikan telinganya dari teriakan Aris yang memanggil namanya, sepertinya pria itu kesal karena Langit mengacuhkan mereka.

Zela menatap Aris sambil menaikan alisnya, "Langit kenapa Mas?"

Aris hanya menggeleng kecil sambil menatap layar televisi.

"Lepasin gua bang." terdengar suara geraman dari lantai dua, membuat perhatian Zela dan Aris kembali mengarah ke lantai itu.

Sampai mereka berdua melihat Langit yang menggeret Algean untuk turun ke bawah dengan wajah dingin.

Zela dan Aris berdiri terkejut, "Ada apa Langit?!" tanyanya dengan menaikan nada tinggi, "Kenapa kamu geret dia kesini?" lanjutnya menunjuk Algean.

Langit berdiri menghadap kedua orang, di samping dia Algean sudah berdiri dengan kepala menunduk dan hati cemas. Langit meletakan surat tersebut ke meja.

"Buka Pah." ujarnya pada Aris.

Aris menatap putranya bingung, lalu menatap surat berlapis amplop coklat itu, dia mengambilnya perlahan.

"Langit kamu kenapa si? Kamu mau bikin Mamah marah sama kamu hah?" tutur Zela dengan nada kecewa.

"Maaf Mah, Langit cuma pengin nunjukin betapa berharganya seorang Daifan."

Mendengar hal itu, Zela menatap marah pada Langit, "Apa yang kamu bilang!? Kamu seperti tidak tau saja kalo Mamah membenci dia!" bentak Zela.

Algean mencengkeram kuat jari jarinya sendiri, mencoba menghalau rasa cemas yang melanda tubuhnya mendengar teriakan Zela. Ini memang sudah menjadi hal biasa bagi Algean, namun tetap saja itu terasa sakit karena menusuk.

"Massachusetts Intitue of Technology?" beo Aris setelah membaca surat itu.

Langit menyeringai, "Ya, anak yang kalian buang ini berhasil mendapatkan beasiswa untuk menjadi mahasiswi Massachusetts Intitue of Technology karena kecerdasan nya." parau Langit, "Papah tau kan betapa istimewanya universitas itu?"

Suffering(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang