Perpisahan

3.7K 383 31
                                    

Part lebih panjang dari biasanya.
Banyak kata Capslock.

Happy Reading❤️

Sepulangnya bertemu Alessa, Algean langsung menuju kamar mandi dan mengguyur tubuhnya di bawah shower.

Dia menyandarkan tubuhnya pada tembok lalu meluruh hingga duduk di lantai.

Algean membiarkan tubuh nya di guyur air sampai setengah jam, dia tidak berbicara, tidak melakukan apapun selain berdiam diri dan melamun.

Tanpa sadar, air matanya jatuh berbarengan dengan air shower yang mengguyur nya. Dia menangis namun ekspresi wajahnya tetap datar seolah dia membohongi sekitar bahwa tidak terjadi apa apa dalam dirinya.

"Lemah." gumam Algean.

"Gua benci diri gua."

"Gua benci kalo gua nangis."

Dia terus bergumam.

"Mamah bakal lebih benci gua kalo gua jadi cowo lemah."

"Gua bodoh."

"GUAA BODOHHH!!"

Dia berteriak karena tidak bisa menahan emosinya lagi.

"ARGHH CAPEE! GUA MAU BAHAGIA!!"

PRANG!!  Tangannya menghantam kaca yang berada di kamar mandi.

Tangisannya pecah karena sudah larut dalam perasaan. Dia menangis keras sambil menjambak rambutnya.

Algean benar benar ingin bahagia, dia ingin merasakan yang semestinya orang lain rasakan saat seumurannya.

Dia ingin menikmati masa mudanya tanpa ada beban, penderita, kebencian, rasa sakit, dan masalah.

Algean hanya ingin bahagia...

PRANG!!

Dia masih ingin melupkan emosinya hingga dia puas.

Sampai akhirnya tubuhnya melemas dan tangisannya mulai pelan. Dia melihat kaca yang sudah pecah di depannya, terdapat sedikit darah yang menempel kaca karena jarinya yang tergores hingga luka.

Dia menatap pintu kamar mandi, seseorang takan datang ke kamarnya. Suara pecahan dan teriakan yang menimbulkan suara keras tidak sampai ke bawah.

Bibirnya bergerak tanpa suara seolah berkata 'mamah' dengan mata masih menatap pintu.

Dia berharap Zela akan datang saat keadaan begini, memeluk Algean lalu membisikan kata agar anak itu tenang, mengusap rambutnya dan memberikan kehangatan, tapi bagaimana bisa itu terjadi? Zela saja yang memberinya rasa sakit, tidak mungkin juga jika Zela menjadi penyembuh nya.

Luka di jarinya benar benar tidak terasa, yang terasa adalah luka batinnya.

Saking banyaknya pikiran dan tak pernah henti mendapat masalah, Algean jadi sangat susah mengontrol emosi. Dia sering menangis sendiri, marah sendiri, dan tiba tiba merasa kesepian, merasa jika dia seperti hidup sendirian di dunia, dan dia juga merasa jika banyak orang orang yang mulai membencinya.

Karena terlalu larut dalam keheningan, tangisan nya tanpa sadar terhenti dan rasa perih mulai menyerang tangannya.

Darah terus mengalir deras hingga baju yang masih dia kenakan juga menjadi berwarna merah gelap.

Algean bangkit lalu keluar dari kamar mandi dan mengambil perban yang berada di nakas dan menutup lukanya.

Dalam keadaan tubuh dan baju basah dia menjatuhkan dirinya di lantai. Tubuhnya lemas dan bibirnya mulai pucat. Dia kedinginan namun sudah tidak sanggup untuk berdiri.

Suffering(COMPLETED)Where stories live. Discover now