Ayah Dan Anaknya

5.4K 443 3
                                    

Selepas menemani Zela tidur Aris berjalan keluar kamar untuk menemui Langit. Menanyakan apakah saat dia bekerja kondisinya baik baik saja, semoga, tapi ada hal aneh yang membuat Aris bingung mengapa saat di kamar nya, Langit seperti takut padanya.

Saat di tangga Aris melihat Langit di atas, raut wajah Langit seperti terkejut ketika berhadapan dengan nya. Aris pun kembali meneruskan langkah nya mendekati Langit.

"Pa-papah," ujar Langit gugup.

"Langit, papah mau bicara sama kamu, boleh?" tanyanya lembut.

Langit pun mengangguk ragu.

Aris membimbing jalan menuju ruang santai di lantai dua, dan mendudukan tubuhnya di sofa ruangan itu, Langit mengikuti duduk di hadapan Aris.

"Ada apa Pah?"

Aris mendesah, "Ada yang kamu sembunyiin dari Papah? Kenapa kamu begitu takut saat melihat Papah di kamar?"

Dugaan nya tepat, pasti karena sikapnya di depan Aris membuat Aris bertanya padanya. Dia Aris, Papahnya, orang yang sangat dia paham, masalah sepele jika mengganjal pikirannya dan membuat dia heran pun langsung dia selidiki. Jangan lupa jika Aris adalah orang keras, jika ada pilihan untuk melawan preman pasar atau mendapat amarah Aris, Langit lebih memilih melawan preman pasar, karena dia lebih lihai dalam pukulan dari pada membangkang kepada Aris.

"E-engga ada kok Pah," ujar Langit dengan mata jelalatan.

"Langit, Papah tau ada yang kamu sembunyiin. Apa itu? Apakah saat Papah bekerja, sesuatu terjadi di rumah ini?"

Langit menunduk dalam, dia memainkan jari jemarinya untuk mengusir rasa gugup. Langit harus menjawab apa? Langit takut jika Aris marah padanya, apa lagi ini pasal Zela. Langit tau, jika Aris sangat mencintai Zela, amarahnya akan meledak jika terjadi sesuatu pada Zela karena orang lain.

"Aku--aku takut kalo Papah marah,"

Dugaan Aris benar, ada sesuatu yang sulit Langit katakan karena Langit takut padanya.

"Papah ga bakal marah Lang, Papah gamau kalo kamu takut sama Papah dan ga berani ngungkapin hal dari hati kamu, nanti kamu malah jadi suka bohong kalo gitu."

Langit bergumam.

"Jadi ucapkan saja,"

Aris sudah bilang jika dia tidak akan marah padanya. Semoga benar.

"Mamah tadi mau jatuh dari tangga Pah," ujar Langit dengan menunduk.

Sedangkan Aris langsung terkejut mendengar ungkapan anaknya, "Bagaimana bisa Langit?!" ucapnya dengan nada meninggi. Tidak sadar dengan janjinya dan membuat Langit meringkuk takut.

"Ma-maafin aku Pah. Aku lalai, tadi Mamah aku tinggal karena sibuk ngerjain tugas, terus Mamah mau liat aku di kamar tapi pas di tangga kayaknya pusing Mamah kumat, untung aja ada Daifan yang nangkap tubuh Mamah." jelas Langit cepat.

Aris mengerutkan keningnya, "Algean?" tanya Aris heran.

Langit mengangguk lalu tersenyum tipis, "Daifan udah nyelametin Mamah yang kedua kalinya Pah, dia bahkan ga peduli sama tangan nya. Aku juga bersyukur banget, untung ada Daifan yang nolongin kalo engga, mungkin aku bakal terus salahin diri aku dan Papah bakal pukul aku." paparnya pelan.

Aris mengerjap, pantas saja dia tadi melihat Algean di depan pintu kamarnya.

"Kita hutang banyak sama Daifan lantas setelah ini apa Mamah sama Papah gamau buka hati buat dia. Papah tau ga gimana perjuangan dia buat dapetin kasih sayang kalian. Dia ga peduli rasa sakit batin atau pun fisiknya, yang terpenting Daifan bisa deket sama kalian. Bahkan sampai nyawa pun Daifan berani korbanin supaya kalian bisa nge buka mata dan nganggap kalo Daifan ada,"

Suffering(COMPLETED)Where stories live. Discover now