Pertemuan Alessa Dan Zela

3.7K 366 23
                                    

"Apa ada perkembangan Ton?"

Aris dan Zela membohongi Langit, mereka berdua tidak pergi ke kantor namun menemui Toni di rumah sakit. Bagaimana bisa Aris bekerja saat anaknya sedang sakit keras, Aris tidak akan bisa tenang dalam mengurusi kantornya jika keadaan nya seperti ini. Maka dari itu Aris meminta bawahannya untuk mengurus urusan kantor dan dia memilih cuti sementara, dia hanya ingin fokus kepada penyembuhan Langit.

Toni menggeleng, "Maaf Ar, belum ada perkembangan. Mungkin untuk minggu ini pihak rumah sakit bakal lakuin cuci darah buat anak Lo."

Zela langsung menutup mulutnya shock, "Mas, Langit harus cuci darah..." ucap Zela dengan suara gemetar.

Aris memeluk tubuh Zela, "Tenang sayang, itu semua juga untuk kesembuhan nya." katanya untuk menenangkan Zela, namun sejujurnya pikiran Aris tak kalah takut dan khawatir dengan kondisi Langit.

Ginjal Langit semakin lama semakin memburuk dan dia masih belum menemukan pendonor ginjal yang tepat. Padahal dia sudah menyuruh seratus anak buahnya untuk mencari di seluruh wilayah bahkan sampai keluar negara, namun tetap saja Aris belum menemukannya. Apakah dia harus mendapatkan ginjal secara ilegal?

Toni berdehem, "Ar, dalam waktu deket Lo harus dapet pendonor ginjal buat Langit, kalo engga mungkin--" ucapan Toni terpotong karena dia harus mengerti perasaan kedua orang di depannya. Dia tau mereka pasti paham.

Zela semakin mengeratkan jari jemarinya pada tangan Aris. Dia tidak ingin itu terjadi, dia ingin anaknya kembali sehat, dia ingin Langit tetap hidup. Padahal dia sering membayangkan Langit akan segera menikah di usia ini dan hidup bahagia dengan keluarga barunya, namun kenapa penyakit keras malah menyerangnya.

"Gua bakal berusaha lagi cari pendonor buat ginjal Langit."

Toni mengangguk, "Pihak rumah sakit juga bakal bantu."

ALGEANDRA

Ting... Tong... 3x

Bunyi bel terus berbunyi saat seseorang terus saja menekan bel sebelum sang tuan rumah datang. Hingga pintu utama rumah itu terbuka dan menampilkan seorang wanita dengan bersetelan seragam.

"Maaf siapa ya?" tanya wanita itu.

Alessa, orang yang menekan bel itu termenung sekejap, dia melihat pakaian wanita di depannya dari atas sampai bawah. Seperti seorang perawat.

"S-saya ingin bertemu Algean."

Wanita yang berpakaian perawat itu menaikan alisnya, "Algean?" beo nya.

"Siapa Sus?"

Keduanya langsung menengok ke belakang saat suara deep itu mengalihkan pembicaraan keduanya.

"Maaf mas Langit, anda tidak perlu kesini. Saya melarang anda untuk tidak terlalu banyak bergerak."

"Kak Langit." gumam Alessa, padahal yang Alessa tau Langit itu masih di rumah sakit, namun kenapa sekarang dia di rumah dan terpasang alat infus di tangannya.

Langit tak memperdulikan, dia menengok ke arah Alessa yang sedang melihat nya, "Alessa. Kenapa kamu kesini?"

Alessa meneguk ludahnya lalu menarik nafas pelan, "Kak apa Algean disini?"

Raut wajah Langit berubah seketika, "Dia ngga pernah pulang." ucapnya pelan. Setelah Langi mengecek CCTV lantai tiga memang benar pintu kamar Algean selalu tertutup seminggu ini dan tidak pernah ada yang masuk termasuk pemilik kamar. Langit juga bingung harus bagaimana menemukan Algean.

Alessa langsung merasakan sesak, dia menunduk menahan air matanya yang akan jatuh, "Maaf kak, i-ini semua salah aku." ucap Alessa gemetar.

Langit belum mengerti namun dia yakin Alessa tau kenapa adiknya menghilang, "Kita masuk, berbicaralah di dalam."

Suffering(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang