Melukai

7K 673 12
                                    

Langit bersiul senang ketika ingin memasuki sebuah cafe, hatinya bahagia ketika skripsi yang telah dia kerjakan selama satu semester ini berhasil dia selesai kan, dan dosen menerima tugas skripsi nya dengan baik.

Kring

Lonceng berbunyi ketika pintu cafe, Langit buka. Dia memilih tempat duduk di pojok cafe karena disitulah tersisa tempat duduk yang kosong. Cafe ini sangat ramai.

Dia membuka handphone nya untuk mengirimkan sebuah kabar gembira tentang skripsi nya kepada Aris dan Zela. Pasti kedua orang tuanya sangat bahagia mendengar hal itu.

Sampai akhirnya seorang waiter menghampiri dengan memberikan buku menu ke meja, "Selamat siang, silahkan untuk melihat lihat menu makanan di cafe kami." ucap Waiter itu sopan.

Langit yang masih menunduk tanpa melihat waiter di depan nya pun langsung menyeret daftar menu yang waiter itu berikan. Matanya terus bergerak untuk melihat daftar makanan yang akan dia pesan.

"Emm saya mau--Loh?!" ucapnya terkejut baru ketika melihat wajah waiter itu.

ALGEANDRA

Sore ini Langit berjalan tergesa gesa di koridor rumah sakit. Dia mengeluh, kenapa rumah sakit ini begitu besar sampai sampai dia harus berjalan cukup jauh untuk pergi ke ruang rawat Zela.

"Pah!" panggil Langit sedikit keras setelah membuka ruangan pintu kamar rawat Zela.

Aris terkejut melihat kedatangan Langit yang tiba tiba, lalu melirik Zela yang sedang tidur di brankar. Dia bangkit dari sofa dan mendekati Langit dengan wajah dongkol karena telah mengagetkan nya. Dia menutup pintu lalu membawa Langit duduk di bangku koridor.

"Ada apa? Kenapa kamu seperti marah sama Papah? Bukan kah sekarang kamu seharusnya bahagia karena dosen telah menerima skripsi kamu?" tanya Aris yang melihat jelas raut wajah Langit sedang tidak bahagia.

"Berapa Papah ngasih duwit perbulan buat Daifan?" ujar Langit to the point membuat Aris mengerutkan keningnya, tidak paham dengan ucapan anaknya ini.

"Buat apa kamu tanya itu?"

"Aku minta Papah jawab pertanyaan aku, bukan malah Papah balik nanya." jawab Langit kesal, "Jadi berapa Papah ngasih dia uang bulanan?"

"3 juta,"

Hati Langit tersentak ketika mendengar ucapan Aris, "3 juta Pah" tanya nya untuk meyakinkan, dan Aris pun mengangguk.

"Papah gila ya?! 3 juta itu ga bakal cukup buat bulanan dia, kebutuhan Daifan banyak. Dia juga masih punya tanggungan sekolah. Aku tau dia bukan anak kandung Papah tapi kakek nugasin Papah buat ngerawat dia bukan buat nyakitin dia." lanjutnya dengan mata teduh.

Aris menyandar dirinya di tembok, "Biarkan Langit, yang terpenting udah Papah kasih dia makan sama uang bulanan." jawab nya mencoba santai.

"Papah tau ga? Tadi di cafe, Langit liat Daifan jadi waiter Pah. Daifan kerja paruh waktu buat nyari uang tambahan. Pulang sekolah Dai selalu pergi ke cafe buat kerja sampe malem, dan Papah mengira kalo Dai keluyuran ga jelas kan?" tutur Langit geram.

Aris bergeming tapi tidak meminta untuk Langit berhenti berbicara pasal anak itu yang jelas jelas akan membuat rasa muak di hati Aris.

"Pah, Langit ga tega liat Daifan susah payah nguras tenaganya buat kerja Pah. Daifan masih muda, umurnya masih 16 tahun dan dia harus ngabisin masa mudanya buat nyari uang. Papah ga kasian sama Dai?" tutur Langit menahan sesak, sambil membayangkan wajah Algean yang terlihat lesu.

Suffering(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang