Masalalu

5.9K 570 19
                                    

Alessa duduk di rumah pohon sambil termenung.

Pagi tadi Alessa pergi dari rumah karena ingin mengunjungi tempat lama di kawasan Bandung. Bayangkan pukul lima pagi, tanpa meminta izin ibunya hanya meninggalkan surat karena Dania masih tidur, dia pergi ke Bandung dari Jakarta sendirian untuk menjenguk tempat yang sudah bertahun tahun tak dia singgahi namun suasana masih sama.

Alessa menatap kosong sambil mencengkram sebuah gantungan kunci, benda yang sangat berharga di hidupnya, pemberian sahabat kecilnya.

Dia menatap tepat ke arah posisi yang selalu di duduki oleh sahabat lelakinya, di atas rumah pohon.

Tempat ini meninggal banyak kenangan saat Alessa masih tinggal di Bandung.

Dia rindu anak itu, sangat. Delapan tahun sudah Alessa tak menemuinya, kadang dia bertanya apakah sekarang sahabat sudah tumbuh menjadi lelaki tampan seusianya? Kapan Alessa bisa menemuinya, karena sahabat nya itu adalah orang yang paling berjasa di hidupnya.

Ketika semua anak menjauhi Alessa karena dia miskin dan ayahnya meninggal kan nya, anak lelaki itu malah mau menjadi teman pertamanya selalu berusaha menghibur Alessa ketika baru mendapat bullyan dari anak anak lain. Anak lelaki itu selalu melindungi Alessa, dia bahkan menganggap bahwa Alessa sudah menjadi adiknya dan tidak boleh ada yang melukai nya.

Flashback On

"Alessa anak miskin."

"Alessa ga punya bapak."

"Alessa jelek jangan di temenin."

"Hahaha ga punya bapak."

Begitulah hinaan yang teman kelas Alessa berikan padanya.

Saat itu Alessa masih kelas 2 SD, dia selalu di bully karena pakean nya dan kabar jika Alessa tidak mempunyai ayah. Tidak ada yang mau main dengan dia, Alessa selalu di acuhkan.

Alessa menangis di pojok kelas, tepatnya di bangkunya sendiri, dia menundukkan kepalanya sambil menahan isak tangis. Saat di bully Alessa tidak pernah mengadu pada siapa pun, Alessa kecil sudah menjadi anak yang kuat.

Sampai akhirnya datang malaikat kecil yang menolongnya, sahabat lelaki Alessa, kakak kelas nya.

Brak

Anak lelaki itu datang ke kelas Alessa dengan menggebrak pintu.

"Siapa yang miskin!? Siapa yang ga punya bapak?!" teriak anak lelaki itu dengan muka marah.

Dia berjalan mendekati Alessa lalu mengulurkan tangan nya pada gadis itu.

Alessa mendongak, "Kamu siapa?" tanya nya polos.

"Malaikat kamu," jawabnya sambil tersenyum manis ke arah Alessa.

"Aku punya malaikat?" tanya Alessa sendiri, dan anak kecil itu mengangguk.

Alessa tersenyum lalu bangkit menggandeng tangan anak lelaki itu.

"Jangan ada yang boleh nge bully dia lagi, atau kalian berurusan sama aku!" tegasnya menatap penjuru kelas.

Anak itu membawa Alessa keluar.

"Kita mau kemana?" tanya Alessa dengan nafas ngos ngosan.

Suffering(COMPLETED)Where stories live. Discover now