Keyakinan

3.3K 351 7
                                    

Huhuhu, Up dong🤪

Happy Reading Readers ❤️

Brak.

"Berhenti mengelak mbak Zela!"

Langkah Algean langsung terhenti ketika dia mendengar suara teriakan Tania dari ruang makan. Bersama dengan itu detak jantungnya mulai berdetak kencang. Bukannya menjadi hal lazim karena terbiasa mendengar suara teriakan dan bentakan, namun semakin lama dia malah semakin takut jika ada seseorang yang bercekcok mulut di rumah ini. Karena sudah pasti konflik permasalahannya itu adalah dirinya.

"Kenyataan nya memang begitu, Algean itu bukan anak ku! Jangan memaksa ku untuk mengakui jika Algean adalah anak ku." bentak Zela.

Tubuh Algean seketika limbung ketika dia mendengar ucapan itu lagi dari mulut Zela, untung dengan sigap  dia mencengkeram pembatasan tangga jika tidak tubuhnya akan mengguling ke lantai satu, perlahan dia mendudukan tubuhnya dengan tatapan kosong. Telinganya berdengung sakit begitu juga hatinya yang sempat membaik kini kembali tergores luka.

"Dia memang bukan anak dari pernikahan kalian, dia tercipta karena sebuah kecelakaan, tapi dia korban! Apakah sekecil pun mbak tidak bisa menyayangi dia sebagai anak yang pernah hidup di rahim mu, mbak!"

"TIDAK!" sergah Zela cepat. "Menyayangi dia hanya akan memberikan dampak buruk bagi keluarga ini. Semua akan hancur jika aku memberikan dia kasih sayang. Kamu tau kan Tania, Mas Aris saja tidak mau menganggapnya anak. Kamu mau rumah tangga ku hancur karena anak sialan itu!"

"ARGGHHHH..."

PRANK!

Semua terkejut saat Aris tiba tiba menyapu piring dan gelas yang ada di depannya membuat semua pecah berkeping-keping di lantai.

Walau Algean tidak melihat kejadian itu, namun karena telinganya yang masih berfungsi membuat dia bisa mendengar dan menyimpulkan apa yang sedang terjadi. Dia memeluk tubuhnya berusaha mengurangi rasa takut dan tremor di sekujur tubuhnya.

"Ma-mas." ujar Zela gagap saat sorot mata tajam Aris mengarah ke dirinya dan Tania.

Aris menghela nafas untuk mengurai rasa emosinya, dia benar benar marah, namun dia hanya bisa diam mendengarkan perdebatan antara Kakak dan adik ipar soal Algean itu.

Bukan karena tidak peduli dan tidak ingin ikut campur dalam pertengkaran, namun otaknya masih sibuk memikirkan kejadian dimana dia bertemu dengan Asgio dan memikirkan soal ucapan ucapan dari lelaki itu yang berhasil mengganjal dan membuat pikirannya tak pernah tenang, itu semua membuat dia gusar.

"Diam." ucap Aris tegas namun terdengar pelan.

"Ma-mas a-apa kamu tidak ingin membantuku untuk menyangkal ucapan adikmu yang keras kepala ini?" tanya Zela menunjuk Tania.

Aris tidak menanggapi, mata tajamnya hanya terarah ke depan dengan tangan terkepal kuat di atas meja.

"Mas! Katakan pada adikmu untuk tidak memaksaku menyayangi Algean seperti menyayangi Langit. Katakan jika kamu juga tidak ingin menganggapnya sebagai anak!"

"ZELAA!"

Aris bangkit dari kursinya dan mencengkeram pundak Zela kuat, lagi lagi itu membuat Zela terkejut dibarengi dengan rasa takut.

Bik Surti yang sehabis membersihkan lantai dua langsung berlari dan begitu terkejut ketika melihat Algean tengah duduk di tangga sambil memeluk tubuhnya.

"D-den Algean."

Algean perlahan mendongak ketika seseorang memanggilnya, "Bi-bibi, a-aku takut." ucapnya dengan suara bergetar.

Suffering(COMPLETED)Where stories live. Discover now