Pingsan

6.1K 445 0
                                    

Aris membuka matanya lebar. Keringan dingin membasahi tubuhnya, dengan cepat dia mengusap wajahnya kasar.

Aris mendudukan tubuhnya lalu melihat sekeliling, dia berada di kamar nya yang gelap, berarti tadi cuma mimpi. Menggeser tubuhnya untuk mencapai gelas berisi air di atas nakas lalu meminumnya hingga tandas.

Kenapa mimpi itu seperti nyata dan kenapa Dito juga Arina muncul di mimpinya, yang lebih menyeramkan mengingat mimpi tadi, dua lelaki yang memiliki wajah hitam menyeramkan sampai mencekik lehernya, dengan segera Aris mengusap lehernya pelan.

Apakah Dito marah padanya karena tidak memenuhi permintaan nya untuk menerima Algean? Apakah itu sebuah peringatan jika dia harus menerima anak itu? Tapi bagaimana caranya? Aris sangat membencinya, dia bukan anaknya dan dia tidak sudi mengakui Algean.

"Mas Aris,"

Aris menengok, melihat Zela yang berada di sebelahnya, wanita itu terbangun.

"Kamu kenapa?" tanya Zela lalu ikut mendudukan tubuhnya di samping Aris.

Aris menunduk lalu menggeleng, "Aku ga apa apa, tadi aku mimpi buruk."

"Benarkah?"

Aris bergumam mengiyakan.

"Kemarin aku juga mimpi buruk, untung ga ngganggu tidur kamu."

"Mimpi apa Zel?" tanya Aris penasaran.

Zela menghela nafas, "Papah sama Mamah kamu dateng ke mimpi aku."

Deg.

Detak jantung Aris bergerak cepat, bagaimana bisa Zela bisa mimpi sama dengan dia, "A-apakah itu tentang Algean?" selidiknya.

Zela tercekat lalu menatap Aris heran, "Bagaimana kamu tau?"

Aris benar benar panik, dia pun tidak tau, dia hanya menebak dan bagaimana bisa sama, dia bahkan tidak berniat untuk tidur lagi padahal sekarang masih pukul satu malam, "Engga Zel, a-aku hanya menebak." jawabnya.

Zela mendesah, "Aku benar benar takut waktu itu, Papah sampai marah sama aku. Dia minta aku buat nerima Algean tapi aku tolak." ujarnya lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Aris yakin, ini bukan mimpi biasa, ini sebuah peringatan dari Dito. Peringatan untuk menerima Algean sebagai anaknya, namun sepertinya Aris tidak bisa mengabulkan karena itu sulit.

Aris bergerak memeluk tubuh istrinya, "Tenang itu cuma mimpi," bisiknya.

'Maaf Pah, aku tetep gabisa nerima anak itu.' batin Aris.

Keras kepala nya mendarah daging.

ALGEANDRA

Algean turun dari kamar nya lengkap dengan seragam sekolah yang sudah didouble jaket dan menggendong tas di lengan kanannya, ini masih terlalu pagi namun lebih baik seperti itu dari pada harus berpapasan dengan orang tuanya nanti.

Entah dorongan dari mana tiba tiba langkahnya terhenti di depan kamar Aris, dia memandang teduh pintu dengan cat putih itu. Pada dasarnya jika anak normal pasti sebelum berangkat melakukan kegiatan sarapan dengan orang tuanya, setelahnya berpamitan kepada orang tuanya, sang ibu biasanya menasehati putranya untuk hati hati di sekolah dan memberikan ucapan semangat kepada putranya dan sang ayah memberikan uang saku banyak kepada putranya agar tidak kekurangan makan di sekolah, tapi kalian tau jika itu tidak berlaku bagi Algean.

Algean menghela, dia kembali berjalan karena tidak ingin memperburuk moodnya, namun langkahnya kembali terhenti ketika melihat Bik Surti di teras.

Suffering(COMPLETED)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz