Wrestles

4.3K 409 2
                                    

Algean membalas high five dari partner nya yang sudah menunggunya datang, "Hai Al, gimana kabar Lo sehat?" tanya pria itu. Pria yang sebelumnya Algean ajak berbicara di telvon.

Algean mengangguk malas, lalu memasukan kedua tangan nya di saku celana dan bersandar di pilar.

"Jadi alasan Lo ikut wrestle lagi kenapa?" tanya pria itu, sambil menghisap rokok di tangan kanannya.

Algean berdecak, suasananya terlalu brisik di sekitar, Algean benci keramaian, "Butuh duwit,"

Pria itu terkekeh, "Lo kan kaya Al,"

"Kata siapa gua kaya?"

"Alah, ga usah sok lupa diri deh Lo,"

"Bukan harta gua Zak," sangkal Algean datar.

"Hemm iya si, tapi sekarang Lo tinggal sama orang tua Lo kan? Seharusnya Lo berkecukupan dong," ujar pria itu berhati hati, takut menyinggung perasaan Algean, karena dia sudah tau latar belakang Algean seperti apa. Sebelumnya pria itu adalah teman Algean sewaktu tinggal bersama Dito.

"Ck, kek gatau aja Lo." tukas Algean, "Jadi mana lawan gua? Ini udah mau jam sembilan," lanjutnya setelah melihat jam tangan.

"Sebentar lagi paling," jawab pria itu. Zaki namanya.

Jika kurang paham, Algean sekarang berada di depan gedung tua, lebih tepatnya gedung yang tidak terpakai dan dijadikan markas oleh anak brandal dan dijadikan untuk tempat bergulat. Bergulat dalam maksud bukan lomba yang diadakan oleh induk organisasi olahraga lalu nanti siapa yang menang akan diberi sertifikasi, piala, dan lain lain. Ini tentang pertarungan liar bahwa siapa yang menang akan mendapatkan uang taruhan yang jumlahnya tidak sedikit dan siapa yang kalah akan menyetor uangnya untuk si pemenang.

Sudah lama Algean tidak melakukan seperti ini, namun dia percaya kemampuannya masih bisa membawa dia ke kemenangan. Jika bukan untuk Dania, seperti nya dia tidak mungkin lagi menampakan kakinya di markas besar ini, selamanya.

"Eh Algean,"

Mata Algean melirik ketika melihat dua lelaki lain menyapa nya, yang sebelumnya Zaki berada di depan Algean kini pindah ke sampingnya, sama sama menyorot dingin dua lelaki di depan nya yang sedang menyinggung senyum remeh.

"Wah turun lagi Al? Kirain dah Vakum. Lama ga ketemu? Makin gagah aja," ujarnya dengan nada meremehkan lalu menepuk kasar pundak Algean.

Refleks Algean menepis kasar tangan lelaki itu, dia Zafril. Musuh abadi Algean ketika dirinya sering di tempat ini dulu. Tak jarang Zafril selalu menantang Algean walau pada akhirnya dia akan kalah juga. Meremehkan kekuatan Algean si.

"Jauhin tangan Lo," ujar Algean dingin.

"Wo! Wo! Wo! Sensi banget si Al?" ledek lelaki lain yang berada di sebelah Zafril, dia Zafran adiknya Zafril.

Zafril tertawa licik, "Mau turun ya Al? Udah dapet musuh? Kalo belum sama gua yuk, btw kemampuan gua udah diasah ni. Boleh lah nyoba bikin tumbang Lo,"

Algean meludah kesamping, seolah meremehkan ucapan Zafril padanya.

"Batalin, gua mau sama dia." ujarnya pada Zaki.

"Tapi dia bentar lagi ke sini Lo Al," sangkal Zaki.

"Batalin gua bilang!" geramnya.

Oke melihat wajah Algean yang nampak tak bersahabat, Zaki meringis takut lalu mengangguk, "Oke oke, gua batalin."

"Jadi gimana Al? Bisa sama kakak gua? Atau jangan jangan takut kalo kekuatan Lo udah ga sekuat dulu ya, jadi takut buat ngalahin Zafril." potong Zafran sambil melihat Zafril lalu tersenyum miring pada kakaknya.

Suffering(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang