Pengalihan Warisan

4.1K 396 8
                                    

Algean terus menghela nafas, pikiran nya berkecamuk, selang seling masalah pertama, kedua, ketiga, ke--tak terhingga yang tidak pernah absen dari otaknya.

Sampai kapan dia harus seperti ini, sampai kapan Tuhan mengujinya, apakah seburuk ini nasib seorang anak korban pemerkosaan? Ini hampir 17 tahun dan apa yang dia impikan tidak pernah terwujud walau dia sudah berusaha, yaitu mendapatkan kasih sayang orang tuanya dan hidup bahagia.

Algean terkekeh, bukan menandakan kelucuan, namun sedang meratapi nasibnya yang sangat pahit, kelam, dipenuhi derita, trouble, kesialan, dan tidak ada tanda tandanya dia menemukan titik terang.

"Sengsara masuk ke dalam kamus gua." gumamnya dengan pandangan kosong.

Cliett

Pintu kamarnya terbuka, membuat Algean refleks berdiri. Dia gugup dan takut ketika melihat Aris yang berjalan kearahnya dengan wajah tak bersahabat.

Tiba tiba Aris melempar amplop coklat ke depan Algean, membuat dia menatap Aris bingung, "I-ini apa Pah."

"Pengalihan hak waris harta Tua saya. Saya tidak tau ada dorongan dari mana orang tua saya bisa membagikan hartanya 40% kepada kamu, sedangkan saya yang anak kandungnya hanya diberi 30% saja, saya tidak terima karena kamu bukan bagian dari keluarga saya dan kamu tidak berhak menerima itu. Jadi tanda tangani surat penyerahan bagian mu untuk saya." ujar Aris dengan suara dingin.

Algean sedikit terpelonjak, apakah Aris berhak melakukan ini? Ini sudah hak mutlak yang Dito berikan pada Algean, namun bagaimana bisa Aris merebut darinya.

Algean menggeleng takut, "Pah maaf a-aku gabisa, ini bukan dari bagian amanat Kakek."

Aris langsung naik pitam, "Persetan! Orang tua saya sudah mati. Tidak peduli apakah itu melanggar aturan atau tidak. Saya tidak terima jika kamu mendapatkan kekayaan dari orang tua saya, karena kamu itu bukan siapa siapa di keluarga ini. Kamu itu cuma anak buangan, yang seharusnya dari dulu udah saya singkirkan!" bentaknya

Algean bergeming, kepalanya berdenyut sakit, dadanya mendadak sesak mendengar ucapan pedas dan sarkas dari Aris.

"Jangan jadi tidak tau diri kamu ya, seharusnya kamu sadar bahwa kamu itu tidak ada hubungannya darah dengan saya apa lagi orang tua saya. Gunakan otakmu, apakah pantas orang asing mendapatkan bagian harta dari orang tua saya."

Algean tidak mampu berbicara, dia hanya menunduk takut, merasakan rasa sakit yang terus menggerayangi mentalnya. Tapi memang benar, apa yang harus disangkal dari ucapan Aris, dia hanya orang asing bagi Dito, secara langsung tidak ada hubungan darah dengan kakeknya, apakah dia berhak mendapatkan kekayaan Dito?

"Kamu itu benar benar pembawa sial, dari dulu saja seharusnya orang tua saya tidak usah merawat mu, biarkan kamu dibuang oleh bawahan saya bahkan jika bisa, kamu dibunuh. Hidupmu benar benar membuat saya tidak tenang, saya benci sama kamu benci!" geram Aris

Algean seperti linglung, dia tidak tahan berada di situasi ini, "Pah." dia angkat bicara.

Dengan mata sayu dan berkaca kaca, Algean memberanikan diri menatap netra legam Aris, "Maaf udah jadi hama dalam kehidupan Papah sama Mamah, kalo boleh minta aku juga ga mau di posisi ini, aku pengin jadi anak sah kalian. Aku pengin berstatus seorang anak seperti pada umumnya." ujarnya dengan suara rendah dan serak.

Dia mencoba tersenyum, walau hatinya sedang tidak baik baik saja, "Makasih dulu Papah pernah berniat buat nge gugurin aku, aku lebih suka tujuan kalian, supaya aku ga ngerasain sakit, perih, kecewa, marah, sedih, frustasi, luka. Sekalipun aku hidup, ga ada gunanya. Aku ga bisa nge bahagiain kalian, padahal itu tujuan aku. Maafin aku udah jadi noda di rahim Mamah. Anak haram ini emang bener bener bikin hidup kalian ga tenang."

Suffering(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang